Halaman
Bab 4 – Etnografi Indonesia
91
Setelah mempelajari bab ini diharapkan kalian mampu mendeskripsikan pengertian etnografi
dan mendeskripsikan etnografi suku bangsa di Indonesia
Kata Kunci:
STUDI ETNOGRAFI
dan PENYEBARAN BAHASA
LOKAL INDONESIA
4
B A B
Peta Konsep :
Etnografi, Suku Bangsa
Tujuan Pembelajaran:
Studi Etnografi dan Penyebaran
Bahasa Lokal Indonesia
Studi Etnografi
Penyebaran Bahasa
Lokal Indonesia
Antropologi SMA Kelas XII
92
A. Studi Etnografi Indonesia
Etnografi berasal dari kata
ethno
yang berarti bangsa atau suku bangsa
dan
graphy
yang berarti tulisan. Jadi, etnografi adalah tulisan atau deskripsi mengenai
kehidupan sosial dan budaya suatu suku bangsa atau kelompok masyarakat tertentu.
Spradley dalam pengantar antropologi Koentjaraningrat menyatakan bahwa
etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan. Adapun
Spindler menyatakan bahwa etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan. Lebih
lanjut Spindler menyatakan bahwa apabila ada seorang antropolog tidak memiliki
pengalaman lapangan, ibarat seorang ahli bedah tidak memiliki pengalaman
membedah.
Berdasarkan pernyataan kedua pakar antropologi tersebut dapat
disimpulkan bahwa etnografi bukan sekedar mengumpulkan data tentang orang
atau kebudayaan. Lebih dari itu, etnografi berupaya menggali kebudayaan
sekelompok masyarakat secara keseluruhan.
1. Kebudayaan Batak
Daerah persebaran suku bangsa Batak meliputi daerah pegunungan di
Sumatra Utara. Sebelah utara berbatasan dengan Nangroe Aceh Darusalam, sebelah
selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatra Barat. Suku bangsa Batak
yang mendiami wilayah tersebut adalah Batak Karo, Batak Pak-Pak, Batak
Simalungun, Batak T
oba, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Orang-orang Batak ini mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli
Hulu, Serdang Hulo, Simalungun, Dairi, Toba, Hombang, Silindung, Angkola,
Mandailing, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Untuk mengenal lebih jauh tentang
suku bangsa Batak, berikut ini akan dipaparkan hal-hal yang berhubungan dengan
aspek religi dan kepercayaan, sistem kekerabatan, dan sistem politik.
Sumber:
Majalah Garuda
Bab 4 – Etnografi Indonesia
93
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Kehidupan religi masyarakat Batak dipengaruhi beberapa agama. Agama
Islam telah masuk ke daerah Batak sekitar awal abad ke-19 yang dibawa oleh
orang Minangkabau, dianut oleh sebagian besar suku bangsa Batak bagian
selatan, seperti Batak Mandailing dan Angkola. Agama Kristen disiarkan ke
daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiar agama dari Jerman dan
Belanda sekitar tahun 1863, terutama pada Batak Karo. Selain kedua agama
tersebut orang Batak juga mempunyai kepercayaan pada animisme.
Orang Batak percaya bahwa alam beserta isinya diciptakan oleh
Debata
Mula Jadi, Na Bolon
(Toba) atau
Dibata Kaci-Kaci
(Karo) yang bertempat
tinggal di langit. Masyarakat Batak juga mengenal tiga konsep jiwa dan roh,
yaitu
tondi, sahala,
dan
begu.
Tondi merupakan jiwa atau roh yang juga merupakan kekuatan. Tondi
diterima sewaktu seseorang berada dalam rahim ibu. Jika Tondi keluar
sementara, seseorang akan sakit, dan jika keluar seterusnya maka akan mati.
Sahala adalah kekuatan yang menentukan hidup seseorang yang diterima
bersama tondi sewaktu masih dalam rahim ibu. Sahala atau roh setiap orang
kekuatannya tidak sama.
Begu adalah tondi yang meninggal. Begu dapat bertingkah laku
sebagaimana manusia, ada yang baik ada juga yang jahat. Supaya tidak
mengganggu, begu diberi sesajen.
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
Sebutkan wilayah-wilayah persebaran suku bangsa Batak beserta batas-
batas wilayahnya! Kumpulkan hasilnya kepada guru kalian!
b. Sistem Kekerabatan
Orang Batak menghitung hubungan keturunan berdasarkan prinsip
keturunan patrilineal, yaitu suatu kelompok kekerabatan berdasakan satu ayah,
satu kakek, dan satu nenek moyang. Kelompok kekerabatan yang terkecil ialah
keluarga batih atau
rips
(Toba),
jabu
(Karo). Suatu kelompok kekerabatan
yang besar pada orang Toba disebut
marga
, orang Karo menyebutnya
merga
.
Marga atau merga dapat berarti klen.
Antropologi SMA Kelas XII
94
Dalam masyarakat Batak ada suatu hubungan antara kelompok-
kelompok kekerabatan yang mantap. Kelompok kerabat tempat istri berasal
disebut
hula-hula
pada Batak Toba,
kalimbubu
pada Batak Karo. Keluarga
penyunting gadis disebut
beru
atau
boru.
Keluarga pihak laki-laki atau
perempuan yang sedarah disebut
senina
atau
sabutuha.
Suatu upacara adat,
misalnya pesta perkawinan dan kematian, tidaklah sempurna kalau ketiga
kelompok itu tidak hadir.
Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata yang tidak
hanya mengikat laki-laki dan perempuan. Perkawinan mengakibatkan terbentuknya
hubungan antara pihak keluarga laki-laki (
peranak
= Toba,
sinereh
= Karo)
dan kaum kerabat si wanita (
parbaru
= Toba,
sinereh
= Karo). Itulah sebabnya,
menurut adat lama, seorang laki-laki tidak bebas memilih jodohnya. Perkawinan
dianggap ideal apabila seorang laki-laki mengambil salah seorang putri saudara
laki-laki ibunya sebagai istri. Seorang pria atau wanita tidak boleh kawin dengan
orang semarga (satu marga), karena orang semarga dianggap bersaudara.
Sistem perkawinan semacam ini disebut
asimetrik konubium.
c. Sistem Kesenian
Kebudayaan suku bangsa Batak cukup khas dan beraneka ragam. Hal
ini terlihat dari bentuk rumah tradisional, upacara, maupun pakaian adatnya.
a) Rumah Tradisional
Suku bangsa Batak memiliki beberapa tipe rumah tradisional dengan
perbedaan yang cukup jelas, diantaranya tipe rumah berikut.
1) Batak Toba
Rumah Batak Toba memberikan kesan kokoh karena konstruksi
tiang-tiangnya terbuat dari kayu gelondongan. Dulu, ketika sering
terjadi pertikaian antarsuku, rumah-rumah dikelompokkan sebagai
benteng di atas bukit. Lingkungannya dikelilingi pohon yang cukup
rapat sebagai pagar.
2) Batak Karo
Rumah Batak Karo merupakan tipe rumah pengungsian. Pintu
depannya dihadapkan ke arah hulu dan pintu belakangnya ke arah
muara. Bentuk atap rumah kepala marga berbeda dengan bentuk
rumah-rumah lainnya. Umumnya, daerah rumah Batak Karo
direncanakan untuk keluarga jamak yang dihuni rata-rata delapan
keluarga batih.
3) Batak Simalungun
Bentuk atap rumah Batak Simalungun kadang-kadang tidak simetris.
Mahkota atapnya menghadap ke empat arah mata angin dan ujung
atapnya dihiasi dengan hiasan yang berbentuk kepala kerbau.
b) Pakaian Adat
Pelengkap pakaian suku bangsa Batak yang khas adalah Ulos
yang berbentuk segi empat panjang (panjang sekitar 1,80 m dan
lebarnya 1 m) yang ujungnya berumbai-rumbai. Proses pembuatannya
ditenun dengan tangan dan umumnya dikerjakan oleh wanita.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
95
Suku bangsa Batak juga memiliki banyak ragam pakaian
pengantin yang indah. Pada suku bangsa Batak Mandailing, pengantin
prianya memakai baju teluk belanga dan kain sarung disuji, penutup
kepalanya memakai semacam songkok. Pakaian pengantin ini
terpengaruh oleh daerah Minangkabau. Pakaian pengantin wanitanya
ialah baju kurung dan berkain suji. Pada bahunya tersandang ulos
bintang maratur, ulos ragi hotang, ulos bolean, ulos namarjungkit, dan
masih banyak lagi. Penutup kepalanya memakai mahkota yang disebut
bulang dengan dihias kembang goyang yang disebut jagar-jagar.
Perhiasan yang dipakai berupa kalung susun yang disebut gajah meong
dan seperangkat gelang di tangan.
c) Seni Tari dan Alat Musik Tradisional
Tarian Batak yang dikenal dengan tortor sangat banyak ragam
dan variasinya. Tarian ini dibawakan baik oleh pria maupun wanita
dan diiringi oleh seperangkat alat musik. Alat musik yang mengiringi
tarian tersebut adalah agung (4 buah), taganing (6 buah, 5 kecil, dan 1
besar), sarune, yaitu sejenis alat tiup (1 atau 2 buah), dan gesek.
d) Sistem Politik
Secara umum, kepemimpinan pada masyarakat Batak terbagi
dalam tiga bidang, yaitu kepemimpinan adat, pemerintahan, dan agama.
Kepemimpinan dalam bidang adat meliputi persoalan perkawinan,
perceraian, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, kelahiran
anak, dan sebagainya. Kepemimpinan di bidang adat tidak berada
dalam tangan seorang tokoh, tetapi merupakan suatu musyawarah
dari
sungkep sitelu
.
Kepemimpinan di bidang pemerintahan dipegang oleh salah
seorang dari keturunan tertua
merga taneh
, kepala huta disebut
panghulu,
kepala urung
disebut
raja urung
dan
sibayak
untuk
bagian kerajaan. Kedudukan tersebut merupakan jabatan turun-
temurun dan yang berhak memegangnya adalah anak laki-laki tertua
(
situa)
atau bungsu (
sinuda)
. Anak-anak yang lain
(sitengah)
tidak
mempunyai hak menjadi pemimpin. Selain menjalankan pemerintahan,
mereka juga menjalankan tugas peradilan, yaitu panghulu mengetuai
sidang di
bale huta
dan
raja urung
. Pengadilan tertinggi adalah
bale
raja berompat
yang merupakan sidang dari kelima sibayak yang ada
di tanah Karo.
Masyarakat Karo tidak mengenal pimpinan keagamaan asli
karena konsepsi tentang kekuatan gaib dan kepercayaan lain tidak
seragam. Namun, pada suku bangsa Batak yang menganut agama
Islam, tokoh dalam agama Islam (para mualim) sangat besar peranan
dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Jabatan ini tidak turun-
temurun, seperti dukun
guru sibaso
yang menjadi dukun karena
pengalaman tertentu. Demikian pula pemilihan pendeta dan ulama,
mereka dipilih karena pengetahuan agama, pengabdian, dan
keteladanannya.
Antropologi SMA Kelas XII
96
DISKUSI SISWA
Kecakapan Sosial
Diskusikan dengan teman-teman Anda sistem religi dan kepercayaan
masyarakat Batak! Laporkan hasilnya kepada guru kalian!
2. Kebudayaan Minangkabau
Daerah Minangkabau meliputi wilayah seluas Propinsi Sumatra Barat.
Secara tradisional, daerah darat dianggap sebagai asal kebudayaan
Minangkabau. Daerah darat tersebut terdiri atas tiga
luhak
atau kabupaten,
yaitu kabupaten T
anah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota.
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Masyarakat Minangkabau merupakan penganut agama Islam
yang taat. Seluruh kehidupan masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh
sendi-sendi agama Islam. Mereka boleh dikatakan tidak mengenal
unsur-unsur kepercayaan lain, kecuali apa yang diajarkan oleh Islam.
Upacara-upacara adalah kegiatan ibadah yang berkaitan dengan shalat
hari raya Idul Fitri, hari raya Kurban, dan bulan Ramadan (puasa).
Di samping itu, upacara-upacara lainnya adalah upacara tabuik,
upacara khitan, upacara kekah (
aqiqah)
, dan upacara khatam Alquran.
Agama dan adat masyarakat Minangkabau hubungannya erat,
seperti dikatakan oleh orang Minangkabau “Adat bersandi syarak,
syarak bersandi kitabullah.” Di beberapa tempat masih terdapat surau-
surau yang digunakan sebagai sekolah agama dalam bentuk dan
kegiatan yang sama dengan pesantren di Jawa. Pelajaran agama dan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan oleh seorang
tuanku atau syeikh yang sama dengan kyai di Jawa.
b. Sistem Kekerabatan
Garis keturunan yang dianut masyarakat Minangkabau adalah
garis keturunan matrilineal, yaitu seorang anak akan masuk keluarga
ibu, bukan keluarga ayah. Seorang ayah berada di luar keluarga anak
dan istrinya. Keluarga batih pada masyarakat Minangkabau bukan
merupakan kesatuan yang mutlak.
Kesatuan keluarga dalam masyarakat Minangkabau terdiri atas
tiga macam kesatuan kekerabatan, yaitu
paruik, kampuang,
dan
suku
. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh laki-laki dewasa dari
keluarga tersebut yang bertindak sebagai
ninik mamak
. Suku dalam
sistem kekerabatan Minangkabau menyerupai suatu klen matrilineal,
dan jodoh harus dipilih dari luar suku. Dalam adat, diharapkan adanya
perkawinan dengan anak perempuan mamaknya atau anak
perempuan saudara perempuan ayahnya.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
97
Masyarakat Minangkabau tidak mengenal mas kawin, tetapi
mengenal uang jemputan, yaitu pemberian sejumlah uang dan barang
kepada keluarga mempelai laki-laki. Sesudah upacara perkawinan di
rumah pengantin perempuan, suami tinggal di rumah istri. Bagi
masyarakat Minangkabau tidak ada larangan mempunyai lebih dari
satu istri, terutama bagi seseorang yang memiliki kedudukan sosial
tertentu.
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
1. Sebutkan kesatuan teritorial yang terpenting di Minangkabau!
2. Deskripsikan unsur-unsur pengelola kesatuan teritorial tersebut!
Kumpulkan haslinya kepada guru kalian!
c.
Sistem Kesenian
Dalam sistem kesenian, kita akan membahas rumah adat, pakaian
adat, seni tari, dan alat musik tradisional.
1) Rumah Adat
Rumah adat Minangkabau didirikan di atas panggung dan bentuknya
memanjang. Sebuah rumah adat biasanya memiliki tiga
didiah
. Didiah
pertama digunakan sebagai ruang tidur
(biliak
), didiah kedua merupakan
bagian yang terbuka tempat menerima tamu atau mengadakan pesta, dan
didiah ketiga disediakan untuk tamu.
Gambar 4.1
Rumah Adat Masyarakat Minangkabau
Sumber:
www.asiastudy.com
Antropologi SMA Kelas XII
98
Sebuah rumah gadang kadang-kadang juga mempunyai
anjuang
,
yaitu tempat yang ditinggikan dari bagian lain. Anjuang merupakan tempat
terhormat untuk menerima tamu atau menyelenggarakan pesta.
2) Pakaian Adat
Umumnya, wanita Minangkabau memakai baju kurung dan berkain
sarung serta berkerudung. Pria memakai celana panjang kain sutra dililit
sarung dan kemeja lengan panjang yang bagian lehernya tidak berkerah.
Pada upacara pernikahan, pengantin pria memakai
roki
, yaitu
seperangkat pakaian yang terdiri dari celana sebatas lutut dan sarungnya
bersuji emas. Kemeja ditutup dengan rompi dan di bagian luar baju jas
bersulam emas tanpa kancing. Pengantin pria juga memakai pending emas
dengan keris tersisip di bagian depan. Penutup kepalanya memakai
saluak
atau
deta
(destar). Sedangkan pengantin wanita memakai baju kurung
bersulam emas, bersarung suji, kain tokaon untuk alas kalung susun,
memakai anting-anting dan gelang pada kedua lengan. Hiasan kepalanya
terdiri atas kembang goyang atau sunting tinggi.
Gambar 4.2
Wanita Minangkabau dengan baju adat
Sumber:
www.emmes.com
3) Seni Tari dan Alat Musik Tradisional
Seni tari Minangkabau umumnya menggambarkan suasana
kehidupan rakyat yang penuh kegembiraan, seperti tari Payung, tari
Tempurung, tari Lilin, ataupun tari Serampang Dua Belas sebagai tari
pergaulan. Ada beberapa tarian yang bersifat magis, misalnya menginjak
pecahan kaca sambil menarikan tari Piring.
Alat musik Minangkabau adalah telempong pacik, sejenis gong kecil
tunggal dengan benjolan kecil di tengahnya. Alat ini biasanya dibawa dan
dimainkan sambil berjalan sebagai pelengkap arak-arakan atau upacara.
Alat musik tiup khas Minangkabau adalah saluang, yaitu seruling yang
terbuat dari tabung bambu dengan kedua ujung terbuka. Rebana atau
kendang Melayu sering dipergunakan untuk mengiringi tarian atau nyanyian.
Alat musik yang mendapat pengaruh Islam ini banyak digunakan juga di
daerah-daerah lain.
d. Sistem Politik
Kesatuan teritorial yang paling penting di Minangkabau adalah
nagari
. Nagari dipimpin oleh seorang ketua adat yang disebut penghulu
andiko.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
99
Tiap nagari biasanya terdiri dari empat suku, yang masing-masing dikepalai
oleh seorang penghulu suku. Bersama-sama dengan keempat penghulu
suku, penghulu andiko membentuk semacam pemerintahan tertinggi di
dalam nagarinya yang disebut
pucuk nagari
.
Nagari merupakan satu persatuan hukum yang bersifat teritorial
dan genealogis. Disebut teritorial karena memiliki daerah sendiri, mempunyai
kalangan (
semacam lapangan tempat orang berkumpul), dan
tepian
(tepi
sungai tempat perahu merapat). Disebut genealogis karena nagari dihuni
oleh orang-orang yang memiliki pertalian darah tertentu
(paruik, suku
).
Disebut persekutuan hukum karena nagari memiliki balai adat dan
pemerintahan. Penghulu andiko dalam melaksanakan kegiatannya selain
dibantu oleh penghulu suku, juga dibantu oleh seorang pejabat keagamaan
yang disebut
manti
dan pejabat keamanan yang disebut
dubalang.
Dalam masyarakat Minangkabau, kedudukan golongan bangsawan
cukup tinggi. Misalnya di Pariaman, seorang bangsawan tidak perlu memberi
uang belanja kepada istri, tidak perlu menerima uang jemputan, dan dapat
meningkatkan derajat sosial keluarga istri. Seorang wanita golongan
bangsawan dilarang menikah dengan golongan biasa, apalagi dari golongan
paling bawah. Menurut konsepsi orang Minangkabau, lapisan sosial
dinyatakan dengan istilah
urang asa, kemenakan tali paruik, kemenakan
tali budi, kemenakan tali ameh,
dan
kemenakan bawah lutuik.
Keterangan istilah-istilah itu akan dipaparkan sebagai berikut.
a)
Urang asa
adalah keluarga yang pertama kali datang (orang
asal) dan dianggap bangsawan serta kedudukannya paling tinggi.
b)
Kemenakan tali paruik
adalah keturunan langsung urang asa.
c)
Kemenakan tali budi
adalah orang-orang yang datang ke wilayah
urang asa. Karena asalnya juga mempunyai kedudukan yang
cukup tinggi, mereka mampu membeli tanah di tempat yang baru.
Maka, kedudukannya juga dianggap sederajat dengan urang asa.
d)
Kemenakan tali ameh
adalah pendatang-pendatang baru yang
mencari hubungan dengan keluarga urang asa melalui perkawinan,
namun tidak bergantung kepada keluarga urang asa.
e)
Kemenakan bawah lutuik
adalah orang yang hidupnya
menghamba kepada keluarga urang asa. Mereka tidak mempunyai
apa-apa dan hidup dari membantu rumah tangga urang asa.
DISKUSI SISWA
Apresiasi Keragaman Suku Bangsa
Diskusikan dengan kelompok belajar kalian tentang pembagian lapisan
sosial pada masyarakat Minangkabau! Kumpulkan hasilnya kepada guru!
Antropologi SMA Kelas XII
100
3. Kebudayaan Jawa
Suku bangsa Jawa mendiami Pulau Jawa bagian tengah dan timur.
Sungguhpun demikian, ada daerah-daerah yang disebut kejawen sebelum
terjadi perubahan seperti sekarang ini. Daerah itu adalah Banyumas, Kedu,
Y
ogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri.
Daerah-daerah lainnya dinamakan pesisir dan ujung timur. Daerah
yang merupakan pusat kebudayaan Jawa adalah dua daerah yang luas
bekas kerajaan Mataram, yaitu Yogyakarta dan Surakarta yang terpecah
pada tahun 1755. Pada sekian banyak daerah tempat kediaman orang
Jawa, terdapat berbagai variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat
lokal. Perbedaan tersebut meliputi beberapa unsur kebudayaan seperti
perbedaan mengenai berbagai istilah teknis dan dialek bahasa.
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar
masyarakat suku bangsa Jawa. Hal tersebut tampak nyata dari
banyaknya bangunan tempat beribadah bagi orang-orang Islam di
seluruh daerah. Di samping agama Islam, terdapat juga agama Nasrani
dan agama yang lain. Pada suku bangsa Jawa, tidak semua orang
melakukan ibadah sesuai dengan kriteria Islam. Di pedesaan, kita
temukan adanya dua golongan Islam, yaitu golongan santri dan
kejawen.
1)
Golongan Islam santri ialah golongan yang menjalankan ibadahnya
sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan lima ajaran agama
Islam serta syariat-syariatnya.
2)
Golongan Islam kejawen ialah golongan yang percaya pada ajaran
Islam, tetapi tidak secara patuh menjalankan rukun Islam, misalnya
tidak salat, tidak berpuasa, dan tidak berniat untuk melakukan
ibadah haji.
Orang Jawa mengaitkan upacara-upacara keagamaan dengan
“selamatan”, antara lain sebagai berikut.
a.Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang seperti:
1)
Tujuh bulan kehamilan
2) Kelahiran
3) Potong rambut yang pertama
4) Upacara turun tanah yang pertama
5) Menusuk telinga / nindik (untuk anak perempuan)
6) Upacara perkawinan
7) Upacara kematian, serta upacara berkala setelah kematian.
b.Selamatan yang bertalian dengan kehidupan desa seperti:
1) Bersih desa
2) Penggarapan tanah pertanian
3) Masa tanam dan masa panen
Bab 4 – Etnografi Indonesia
101
c.
Selamatan untuk memperingati hari-hari serta bulan-bulan besar
Islam.
d.
Selamatan pada saat-saat yang tidak menentu berkenaan dengan
kejadian-kejadian seperti:
1) Melakukan perjalanan jauh,
2) Menempati rumah baru,
3) Menolak bahaya (
ngruwat
)
4) Janji ketika sembuh dari sakit (
kaul
)
Gambar 4.3
Wayang Kulit yang sering dipentaskan
dalam upacara selamatan di Jawa
Sumber:
www.trumpet.com
TUGAS SISWA
Apresiasi Keanekaragaman Agama
Di Jawa, bila petani akan menanam padi dilakukan ritual sederhana
yang dilakukan untuk menghormati Dewi Sri dan mengandung makna
mohon keselamatan. Bagaimana petani-petani di daerah kalian? Apakah
ada semacam ritual yang diadakan ketika akan menanam padi? Bila
ada, apakah namanya dan apakah ada perbedaannya dengan daerah
lain? Tulislah dalam kertas folio. Kumpulkan hasilnya kepada guru kalian!
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan pada masyarakat Jawa didasarkan pada
prinsip keturunan bilateral atau parental, sedangkan sistem klasifikasi
dilakukan menurut angkatan-angkatan. Semua kakak laki-laki serta
kakak perempuan beserta semua suami dan istri dari ayah dan ibu
diklasifkasikan menjadi satu dengan sebutan
siwa
atau
wa
. Adapun
adik-adik dari ayah dan ibu, yang laki-laki disebut
paman
dan yang
perempuan disebut
bibi
.
Pada masyarakat Jawa, dilarang melakukan perkawinan dengan
saudara
misan
atau saudara sepupu. Perkawinan menimbulkan
terjadinya keluarga batih, keluarga inti, atau keluarga
somah,
yaitu
kelompok keluarga yang merupakan kelompok sosial yang berdiri
sendiri. Kelompok keluarga tersebut memegang peranan dalam proses
sosialisasi anak-anak yang menjadi anggotanya.
Antropologi SMA Kelas XII
102
Bentuk kekerabatan yang lain adalah
nakdulur
atau
sanak
sadulur
. Kelompok kekerabatan ini terdiri atas orang-orang kerabat
atau keturunan seorang nenek moyang sampai derajat ketiga.
Kelompok kekerabatan ini mempunyai tradisi tolong-menolong jika
ada peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga. Ada upcara-upacara
dan perayaan yang berkaitan dengan pernikahan, kematian, khitanan,
ulang tahun, dan sebagainya. Mereka juga akan berkumpul pada hari
lebaran,
suran
, dan sebagainya.
Pada umunya suku bangsa Jawa tidak mempersoalkan tempat
tinggal menetap setelah pernikahan. Mereka bebas memilih apakah
menetap di sekitar tempat mempelai wanita (
uxorilokal
) atau di sekitar
kediaman mempelai laki-laki (
utrolokal
). Umumnya mereka akan
merasa bangga apabila setelah pernikahan mereka tinggal di tempat
yang baru. Sistem tempat tinggal semacam itu disebut
neolokal
.
c.
Sistem Kesenian
Berdasarkan lokasi, sistem kesenian masyarakat Jawa
mempunyai dua tipe, yaitu tipe Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah
sistem kesenian tipe Jawa Tengah meliputi Banyumas sampai Kediri, tipe
Jawa Timur daerahnya meliputi bagian timur sampai Banyuwangi dan
Madura.
1) Kesenian Tipe Jawa Tengah
Wujud kesenian tipe Jawa Tengah bermacam-macam, misalnya
sebagai berikut.
a) Seni Tari
Contoh seni tari tipe Jawa tengah adalah tari Srimpi dan tari Bambang
Cakil. Tari Srimpi merupakan sebuah tarian kraton masa silam dengan
suasana lembut, agung, dan menawan. Tari Bambang Cakil
mengisahkan perjuangan Arjuna melawan Buto Cakil (raksasa),
sebuah perlambang penumpasan angkara murka.
Gambar 4.4
Pementasan tarian Jawa
Sumber:
www.blontankpoer.blogsome.com
Bab 4 – Etnografi Indonesia
103
b)
Seni Tembang
Seni tembang berupa lagu-lagu daerah Jawa, misalnya lagu-lagu
dolanan Suwe Ora Jamu, Gek Kepiye, dan Pitik Tukung. Lagu-lagu
tersebut dinyanyikan diiringi gamelan.
c) Seni Pewayangan
Seni pewayangan merupakan wujud seni teater tradisional di Jawa
Tengah. Bentuknya antara lain wayang kulit, wayang orang, dan
wayang purwa.
Gambar 4.5
Pementasan Wayang Orang
Sumber:
http://www.gkj-online.com
d) Seni Teater Tradisional
Wujud seni teater tradisional di Jawa Tengah antara lain adalah
ketoprak.
2) Kesenian Tipe Jawa Timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta Madura juga
bermacam-macam, misalnya sebagai berikut.
a) Seni Tari dan Teater
Wujud seni tari dan teater tradisional di Jawa Timur antara lain tari
Ngremo, tari Tayuban, tari Kuda Lumping, Reog (Ponorogo), dan tari
Langger (Banyuwangi).
b) Seni Pewayangan
Wujud seni pewayangan di Jawa Timur antara lain wayang Beber.
Wayang beber merupakan cerita gambar yang dilukiskan berwarna-
warni pada segulung kertas. Dalang menceritakan kisahnya dengan
menunjuk pada gambar yang bersangkutan. Jadi, wayang beber
merupakan satu pertunjukan gambar yang sederhana sekali. Wayang
beber ini kini terdapat di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Wonosari
(Jawa Tengah).
c) Seni Suara
Wujud seni suara di Jawa Timur antara lain berupa lagu-lagu daerah
seperti Tanduk Majeng (dari Madura) dan Ngindung (dari Surabaya).
d) Seni Teater Tradisional
Wujud seni teater tradisional di Jawa Timur antara lain Ludruk dan
Kentrung.
Antropologi SMA Kelas XII
104
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
Deskripsikan wujud kesenian tipe Jawa Tengah dan Jawa Timur!
Jawa Tengah
........................................................................................................
Jawa Timur
........................................................................................................
Kerjakan di buku tugas kalian, kumpulkan hasilnya kepada guru!
3) Rumah Adat Tipe Jawa
Rumah adat tipe Jawa Tengah bermacam-macam coraknya, antara
lain corak limasan dan Joglo. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah
umumnya terdiri atas tiga ruangan, yaitu pendopo, pringgitan, dan dalem.
Pendopo merupakan tempat menerima tamu, upacara adat, dan kesenian.
Pringgitan merupakan tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan
wayang. Dalem merupakan tempat singgasana raja. Bagi rumah penduduk,
dalem berarti ruangan utama tempat tinggal keluarga.
Rumah Situbondo merupakan model rumah adat Jawa Timur yang
mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah ini tidak mempunyai pintu
belakang dan tanpa kamar-kamar. Serambi depan adalah tempat menerima
tamu laki-laki, sedangkan tamu perempuan diterima di serambi belakang.
Mereka masuk dari samping rumah.
4) Pakaian Adat Daerah Jawa
Pakaian untuk pria Jawa Tengah ialah penutup kepala yang disebut
kuluk, berbaju jas sikepan, korset, dan keris yang terselip di pinggang. Di
samping itu juga memakai kain batik dengan pola dan corak yang sama
dengan wanitanya. Adapun wanitanya memakai kain kebaya panjang motif
batik. Perhiasannya berupa subang, kalung, gelang, dan cincin. Sanggulnya
disebut ‘bakor mengkurep’ yang diisi dengan daun pandan wangi.
Gambar 4.6
Pengantin Jawa
Sumber:
www.indonesiamedia.com
Bab 4 – Etnografi Indonesia
105
Pria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar),
baju dari jas dengan leher tertutup (jas tutup), dan keris yang terselip di
pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak
sama dengan wanitanya. Adapun wanitanya memakai kebaya dan kain
batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung, dan cincin.
Pria Jawa Timur memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar),
baju lengan panjang tanpa leher dengan baju dalam bergaris-garis lebar.
Sepotong kain tersampir di bahunya dan memakai celana sebatas lutut
dengan ikat pinggang besar. Kaum wanitanya memakai baju kebaya
pendek dengan kain sebatas lutut. Perhiasan yang dipakai adalah kalung
bersusun dan gelang kaki (binggel).
d. Sistem Kemasyarakatan dan Politik
Dalam kesehariannya, masyarakat Jawa masih membedakan antara
golongan priyayi dan orang kebanyakan. Golongan priyayi atau bendara
terdiri atas pegawai negeri dan kaum terpelajar. Orang kebanyakan disebut
juga ‘wong cilik’ seperti petani, tukang, dan pekerja kasar lainnya. Priyayi
dan bendara merupakan lapisan atas, sedangkan wong cilik merupakan
lapisan bawah.
Secara administratif, suatu desa di Jawa biasanya disebut kelurahan
yang dikepalai oleh seorang lurah. Sebutan lurah untuk tiap daerah berbeda-
beda misalnya petinggi, bekel, gelondong.
Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, seorang kepala desa dengan
semua pembantunya disebut pamong desa. Pamong desa mempunyai dua
tugas pokok, yaitu tugas kesejahteraan desa dan tugas kepolisian untuk
keamanan dan ketertiban desa.
Adapun pembantu-pembantu lurah dipilih sendiri oleh lurah.
Pembantu-pembantu lurah terdiri atas:
1) Carik, bertugas sebagai pembantu umum dan penulis desa;
2) Jawatirta atau ulu-ulu, bertugas mengatur air ke sawah-sawah
penduduk.
3) Jagabaya, bertugas menjaga keamanan desa. Pada masa sekarang
ini, pemegang tugas keamanan desa adalah hansip.
DISKUSI SISWA
Apresiasi Keanekaragaman Budaya
Diskusikan dengan kelompok belajar kalian beberapa macam upacara
keagamaan “selamatan” pada masyarakat Jawa! Jelaskan kebudayaan
dasar apa yang mempengaruhi etnografi dari masyarakat Jawa!
Mengapa di Jawa memiliki kebudayaan yang bercorak agama!
Laporkan hasil diskusi tersebut kepada guru kalian!
Antropologi SMA Kelas XII
106
4. Etnografi Sunda
Berdasarkan tinjauan etnografis, suku bangsa Sunda adalah suku
bangsa yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa
Sunda sebagai bahasa sehari-hari.
Bahasa Sunda dianggap masih murni dan halus, digunakan di
kabupaten Ciamis, T
asikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi,
dan Cianjur. Bahasa Sunda yang dianggap kurang halus dipakai di
masyarakat yang menempati pantai utara, contohnya Banten, Karawang,
Bogor, dan Cirebon.
Suku Sunda mendiami tanah Pasundan atau Tatar Sunda yang meliputi
seluruh propinsi Jawa Barat. Pada bagian timur dibatasi oleh sungai Cilosari
dan sungai Citanduy.
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Masyarakat Sunda sebagian besar beragama Islam. Selain patuh
menjalankan kewajiban agamanya masyarakat Sunda, terutama di
pedesaan, masih percaya pada mitos dan tahayul. Mereka datang ke
makam-makam suci sebagai tanda kaul atau menyampaikan
permohonan dan restu sebelum mengadakan suatu usaha, pesta, atau
perkawinan. Kepercayaan pada mitos dan ajaran agama sering diliputi
oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara adat yang berhubungan dengan
salah satu fase lingkaran hidup manusia dan yang berhubungan dengan
kaul, mendirikan rumah, atau menanam padi masih sering dilakukan.
Padahal, upacara tersebut tidak diajarkan dalam agama Islam.
Dalam mitologi Sunda, dongeng-dongeng suci Sunda mengandung
unsur yang bukan Islam. Petani-petani Sunda mengenal dongeng-
dongeng mengenai tanaman padi antara lain cerita
Nyi Pohaci
Sanghyang Sri.
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan pada suku Sunda dipengaruhi oleh adat secara
turun-temurun. Selain itu, sistem kekerabatan juga dipengaruhi oleh
agama Islam yang telah lama dipeluk oleh masyarakat Sunda. Oleh
karena itu, sangat susah untuk memisahkan adat dan agama. Biasanya
unsur itu terjalin dengan erat dalam adat kebiasaan masyarakat Sunda.
Perkawinan di tanah Sunda dilakukan secara adat maupun agama
Islam. Ketika diselenggarakan upacara akad nikah atau ijab kabul
tampak adanya unsur agama dan adat.
Upacara pernikahan suku bangsa Sunda dilakukan dengan
sederhana. Upacara
nyawer
dan buka pintu merupakan upacara pal-
ing menarik. Adat menetap sesudah menikah di Jawa Barat adalah
neolokal. Keluarga batih merupakan keluarga yang paling aman sebagai
tempat hubungan kekerabatan di tengah masyarakat.
Dalam masyarakat Sunda terdapat sistem kekerabatan anbilineal,
yaitu menetapkan garis kekerabatan sebagian melalui garis ibu dan
sebagian lagi melalui garis ayah. Sistem kekerabatan daerah Sunda
adalah bilateral yakni garis keturunan yang memperhitungkan hubungan
kekerabatan melalui ayah dan ibu.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
107
c.
Sistem Kesenian
Sistem kesenian masyarakat Sunda meliputi rumah adat, pakaian
adat, serta seni tari dan bentuk kesenian lainnya.
1) Rumah Adat
Kraton kasepuhan Cirebon merupakan model rumah adat Jawa
Barat yang di depannya terdapat pintu gerbang. Keraton itu terdiri atas
empat ruangan, yaitu:
a)
Jinem
atau
pendopo
untuk para penggawa atau penjaga
keselamatan sultan;
b)
Pringgondani
, tempat sultan memberi perintah kepada adipati;
c)
Prabayasa,
tempat sultan menerima tamu istemewa; dan
d)
Panembahan
, ruang kerja dan tempat istirahat sultan.
2) Pakaian Adat
Secara garis besar pakaian adat pria Jawa Barat berupa tutup kepala
(destar), berjas dengan leher tertutup (jas tutup), sebilah keris terselip di
pinggang bagian belakang serta berkain batik.
Kaum wanita Jawa Barat memakai baju kebaya, kalung, dan berkain
batik. Beberapa hiasan kembang goyang menghiasi bagian atas kepalanya,
begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggulnya.
3) Seni Tari dan Kesenian Lainnya
Wujud kesenian Sunda antara lain seperti berikut.
a) Tari Topeng Kuncaran, sebuah tarian yang mengisahkan dendam
kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.
b)
Tari Kupu, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan kehidupan
kupu-kupu yang serba indah, menarik, dan memukau.
Selain seni tari terdapat juga seni musik, misalnya angklung dan calung;
seni vokal, misalnya Cing Cangkeling; dan seni wayang golek.
Gambar 4.7
Alat Musik Khas Sunda Angklung
Sumber:
www.wikipedia.com
Antropologi SMA Kelas XII
108
DISKUSI SISWA
Kecakapan Personal
1. Deskripsikan tentang sistem kekerabatan pada masyarakat Sunda!
2. Apa yang dimaksud dengan upacara “nyawer”?
Kumpulkan hasilnya kepada guru kalian!
d. Sistem Politik dan Pemerintahan
Desa di Jawa Barat sebagai suatu kesatuan administrasi yang
terkecil, menempati tingkat paling bawah dalam susunan pemerintahan
nasional. Selain itu desa juga mempunyai rangkaian sifat-sifat yang khas.
Satu desa mempunyai suatu sistem pemerintahan desa yang mengurus
rumah tangga desa. Desa dipimpin oleh seorang
kuwu
yang didamping
seorang juru tulis, tiga orang
kokolot,
seorang
kulisi
, seorang
ulu-ulu
,
dan seorang
amil,
serta tiga pembina desa (seorang dari angkatan kepolisian
dan dua orang dari angkatan darat).
Kuwu berkewajiban mengurus rumah tangga desa, mengadakan
musyawarah dengan warga desa mengenai kepentingan warga desa,
mengurus pekerjaan umum seperti jalan dan selokan, serta mengurus harta
benda desa. Kokolot berkewajiban menyampaikan perintah dan berita
kepada warga desa. Selain itu kokolot juga menyampaikan pengaduan
dan laporan dari warga desa kepada pamong. Juru tulis berkewajiban
mengurus administrasi desa, arsip, daftar hak milik rakyat, pajak, dan
sebagainya. Ulu-ulu bertugas mengurus pembagian air dan memelihara
selokan-selokan. Amil berkewajiban mengurus pendaftaran kelahiran,
kematian, pernikahan, mengucapkan doa selamatan, serta mengurus masjid.
Kulisi bertugas memelihara keamanan, mengurus pelanggaran, dan
membantu pembinaan desa.
DISKUSI SISWA
Apresiasi Keragaman Suku Bangsa
Diskusikan dengan teman serta guru kalian tentang unsur-unsur aparat
desa di Jawa Barat beserta tugasnya masing-masing! Tulislah hasilnya
dan kumpulkan kepada guru kalian!
Bab 4 – Etnografi Indonesia
109
5. Kebudayaan Bali
Suku bangsa Bali sering diidentikkan dengan keseniannya. Kesenian
Bali membuat masyarakat Bali dikenal tidak hanya di dalam negeri, tetapi
sampai ke luar negeri. Ada semacam pemeo di kalangan orang-orang
awam mancanegara, bahwa Indonesia terletak di pulau Bali.
Masyarakat Bali menempati keseluruhan pulau Bali yang menjadi satu
propinsi, yakni Propinsi Bali. Karena pengaruh emigrasi, ada juga
masyarakat Bali yang menetap di Pulau Lombok, Jawa T
imur, dan wilayah
lainnya di Indonesia.
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Sebagian besar masyarakat Bali beragama Hindu-Bali, tetapi ada
pula segolongan kecil masyarakat Bali yang menganut agama Islam,
Kristen, dan Katholik. Penganut agama Islam terdapat di Karangasem,
Klungkung, dan Denpasar, sedangkan penganut agama Kristen dan Katholik
terutama terdapat di Denpasar, Jembrana, dan Singaraja.
Orang Hindu percaya akan adanya satu Tuhan dalam bentuk konsep
Trimurti. Keesaan Trimurti ini mempunyai tiga wujud atau manifestasi
sebagai berikut.
1) Wujud Brahmana yang artinya menciptakan.
2). Wujud Wisnu yang artinya melindungi serta memelihara.
3) Wujud Siwa yang artinya melebur segala yang ada.
Masyarakat Bali percaya pada banyak dewa dan roh. Kedudukan
dewa dan roh tersebut lebih
rendah dari Trimurti. Dewa
dan roh dihormati dalam
berbagai upacara bersahaja.
Agama Hindu menganggap
penting konsepsi roh abadi
(atman)
, adanya buah dari
setiap perbuatan
(karma
pala)
, kelahiran kembali dari
jiwa
(punarbawa)
, dan
kebebasan jiwa dari lingkaran
kembali
(moksa)
yang
seluruhnya termaktub dalam kitab suci bernama Weda. Disamping Weda,
ada pula kitab-kitab lain dalam bentuk lontar berhuruf Bali dan berbahasa
Jawa Kuno. Di antara kitab-kitab tersebut ada pula yang bahasanya
merupakan campuran antara bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sansakerta.
Kitab-kitab tersebut mengandung tuntunan pelaksanaan agama, kumpulan
mantra-mantra, keterangan berbagai undang-undang, serta prosa dan puisi
dari epos Hindu
Mahabarata
dan
Ramayana
.
Tempat ibadah agama Hindu di Bali berupa kompleks bangunan-
bangunan suci yang sifatnya berbeda-beda. Bangunan-bangunan suci
tersebut antara lain:
Gambar 4.8
Pura di Bali
Sumber:
www.eljohn.net
Antropologi SMA Kelas XII
110
1) Ada yang sifatnya umum, artinya dapat digunakan untuk semua
golongan seperti
pura Besakih.
2) Ada yang berhubungan dengan kelompok sosial setempat seperti pura
desa (kayangan tiga).
3) Ada yang berhubungan dengan organisasi dan perkumpulan khusus
seperti subak dan seka serta perkumpulan tari atau semacam sanggar
tari.
4) Ada yang merupakan tempat pemujaan leluhur dari klen-klen besar.
Adapun tempat pemujaan leluhur dari klen kecil serta keluarga luas
adalah tempat-tempat sesaji rumah yang disebut sanggah. Di Bali ada
beribu-ribu pura dan sanggah, masing-masing dengan hari perayaan
berdasarkan sistem penanggalan yang telah ditetapkan. Di Bali dipakai
dua macam penanggalan, yaitu penanggalan Hindu-Bali dan Jawa-Bali.
Pada umumnya, apabila masyarakat menyelenggarakan upacara
keagamaan terutama upacara besar, penentuan penyelesaian upacara itu
dilakukan oleh seorang pemimpin agama. Pemimpin agama yang bertugas
melaksanakan upacara adalah orang yang dilantik menjadi pendeta yang
pada umumnya disebut
sulingih
. Mereka juga disebut dengan istilah lain
bergantung pada klen atau kasta mereka, misalnya penyebutan
pedanda
untuk pendeta dari kasta Brahmana baik yang beraliran Siwa maupun
Buddha, atau penyebutan
resi
untuk pendeta dari kasta Satria.
b. Sistem Kekerabatan
Orang Bali dianggap sebagai warga masyarakat sepenuhnya jika
sudah menikah. Karena itu, perkawinan sangat penting dalam kehidupan
mereka. Menurut adat lama yang dipengaruhi oleh sistem klen dan kasta,
orang-orang seklen dipengaruhi oleh sistem klen dan kasta, orang-orang
seklen
(tunggal kawitan, tunggal dadia, tunggal sanggah)
setingkat
kedudukannya dalam adat, agama, dan kasta.
Karena itu, orang Bali berusaha untuk kawin dengan orang-orang yang
berada dalam batas klennya atau setidak-tidaknya antara orang-orang yang
dianggap sederajat dalam kasta.
Perkawinan adat di Bali bersifat endogami klen.Perkawinan yang
dicita-citakan oleh orang Bali umumnya adalah perkawinan antara anak-
anak dari dua orang saudara laki-laki.
Dahulu, jika terjadi perkawinan campuran, wanita akan dinyatakan
keluar dari
dadia.
Secara fisik, suami-istri akan dihukum buang
(maselong)
untuk beberapa lama ke tempat yang jauh dari tempat asalnya. Sekarang,
hukum itu tidak pernah dijalankan lagi. Perkawinan campuran antarkasta
sudah relatif banyak dilaksanakan.
Tiap keluarga batih maupun keluarga luas dalam sebuah desa di
Bali harus memelihara hubungan dengan kelompok kerabatannya yang
lebih luas, ialah klen (tunggal dadia). Struktur tunggal dadia ini berbeda-
beda. Di desa-desa dan di pegunungan, orang-orang dari tunggal dadia
yang telah memencar karena hidup neolokal tidak lagi mendirikan tempat
pemujaan leluhur di masing-masing tempat kediamannya. Di desa-desa
tanah datar, orang-orang dari tunggal dadia yang hidup neolokal wajib
mendirikan tempat pemujaan tersebut yang disebut
kemulan taksu.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
111
Suatu kuil di tingkat dadia merayakan upacara-upacara sekitar
lingkungan hidup dari semua warganya. Suatu kuil tingkat dadia
mempersatukan dan mengintensifkan rasa solidaritas anggota-anggota suatu
klen kecil. Di samping itu, ada lagi kelompok kerabat yang lebih besar
yang melengkapi beberapa kerabat tunggal dadia
(sanggah).
Mereka
memuja kuil leluhur yang sama dan disebut kuil (pura)
paibon
atau
panti.
Kelompok kerabat yang demikian disebut klen besar.
c.
Sistem Politik
Di samping kelompok-kelompok kerabat yang ikatannya berdasarkan
prinsip keturunan masyarakat Bali, ada pula bentuk kesatuan-kesatuan
sosial berdasarkan kesatuan wilayah, yaitu desa. Kesatuan-kesatuan sosial
seperti itu merupakan kesatuan desa yang diperkuat oleh kesatuan adat
dan upacara-upacara keagamaan yang keramat. Umumnya terdapat
perbedaan antara desa-desa adat di pegunungan yang biasanya lebih kecil
dan keanggotaannya terbatas pada penduduk asli yang lahir di desa itu.
Sesudah kawin, orang itu langsung menjadi warga desa adat
(kramat
desa).
Mereka mendapat tempat duduk yang khas di balai desa yang disebut
bale agung, serta berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan teratur
pada hari-hari yang tetap.
Desa-desa adat di tanah datar lebih besar dan meliputi daerah yang
tersebar luas. Di Bali terdapat diferensiasi kesatuan-kesatuan adat yang
disebut banjar. Sifat keanggotaan banjar tidak tertutup dan tidak terbatas
pada penduduk asli yang lahir di dalam banjar. Jika ada orang dari wilayah
lain, atau lahir di banjar lain, dan tinggal di sekitar wilayah banjar yang
bersangkutan ingin menjadi warga banjar tersebut, ia diperbolehkan menjadi
warga banjar.
Pusat suatu banjar adalah
bale banjar,
tempat para warga banjar
bertemu dan mengadakan rapat pada hari yang tetap. Banjar dikepalai
oleh seorang kepala yang disebut
klian banjar (kliang).
Klian banjar
dipilih oleh warga banjar untuk suatu masa jabatan tertentu.
Tugas klian banjar menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan
sosial dan keagamaan banjar. Karena dianggap ahli dalam adat banjar,
klian banjar juga bertugas memecahkan masalah-masalah yang menyangkut
hukum adat tanah. Selain itu, ia juga bertugas mengurus hal-hal yang
termasuk administrasi pemerintahan.
1) Subak
Subak seolah-olah lepas dari banjar dan mempunyai seorang kepala,
yaitu sedahan agung. Warga subak adalah para pemilik atau penggarap
sawah yang menerima air irigasinya dari bendungan-bendungan yang diurus
oleh suatu subak. Kepala subak dipilih oleh semua anggota subak. Subak
merupakan suatu badan pengatur air sawah. Disamping itu, subak juga
merupakan suatu badan hukum adat yang otonom. Subak sekaligus
merupakan suatu badan perencana aktivitas pertanian dan suatu kelompok
keagamaan.
Antropologi SMA Kelas XII
112
2)
Seka
Dalam kehidupan kemasyarakatan desa di Bali, terdapat organisasi
yang bergerak dalam lapangan hidup yang khusus. Organisasi tersebut
ialah seka yang didirikan untuk waktu yang lama, bahkan meliputi beberapa
generasi secara turun-temurun. Namun, ada juga seka yang bersifat
sementara. Macam-macam seka ialah sebagai berikut.
a) Seka yang bersifat permanen misalnya:
1) seka baru (perkumpulan tari baris)
2) seka truna (perkumpulan para pemuda)
3) seka daha (perkumpulan gadis-gadis)
b.) Seka yang bersifat sementara atau seka yang didirikan berdasarkan
kebutuhan tertentu seperti:
1) seka memula (perkumpulan menanam)
2.
seka manyi (perkumpulan menuai)
3.
seka gong (perkumpulan gamelan)
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. Subak
b. Seka
2. Relevansinya dengan perkembangan budaya bali
Tulislah di buku tugas kalian dan kumpulkan hasilnya kepada guru!
d. Sistem Kesenian
Sistem kesenian di Bali antara lain meliputi tarian Bali, rumah adat,
dan pakaian adat.
1) Tari Daerah Bali
Tarian yang ada di
daerah Bali di antara-
nya tari Legong dan tari
Kecak. Tari Legong
merupakan tarian yang
berlatar belakang kisah
cinta Raja Lasem,
ditarikan secara dinamis
dan memikat hati. Tari
Kecak merupakan
sebuah tari berdasarkan
cerita dari kitab Rama-
yana, yang mengisahkan tentang bala tentara monyet Hanuman dan
Sugriwa.
Gambar 4.9
Salah Satu Tarian Bali
Sumber:
http://www.bali.go.id
Bab 4 – Etnografi Indonesia
113
2) Rumah Adat
Gapura Candi Bentar merupakan pintu masuk istana raja yang
merupakan rumah adat di Bali. Balai Bengong adalah tempat istirahat
raja beserta keluarga dan Balai Wanikan adalah tempat adu ayam
atau pagelaran kesenian. Kori Agung adalah pintu masuk pada waktu
upacara besar dan Kori Babetelan merupakan pintu untuk keperluan
keluarga. Gapura Candi Bentar dibuat dari batu merah dengan ukiran-
ukiran dari batu cadas.
3) Pakaian Adat
Pakaian adat bagi pria Bali berupa ikat kepala (destar) kain songket
saput, dan sebilah keris terselip pada pinggang bagian belakang. Kaum
wanitanya memakai dua helai kain songket, stagen songket atau
meprada,
dan selendang atau
senteng.
Ia juga memakai hiasan bunga
emas dan bunga kemboja di atas kepala. Perhiasan yang dipakainya
adalah subang, kalung, dan gelang.
DISKUSI SISWA
Apresiasi Keanekaragaman Budaya
Diskusikan dengan teman-teman kalian tentang jenis tari daerah Bali!
Tulislah hasil diskusi tersebut dan kumpulkan kepada guru kalian!
6 . Kebudayaan Suku Dayak
Istilah Dayak umumnya diberikan kepada penduduk pedalaman Pulau
Kalimantan. Istilah ini diberikan oleh orang-orang melayu yang hidup di
daerah pesisir
. Mereka memberikan istilah Dayak bagi masyarakat yang
tinggal di pegunungan Kalimantan.
Suku bangsa Dayak sebenarnya sangat heterogen. Heterogenitas
tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri fisik dan budayanya. Masyarakat Dayak
mengenal bahasa pergaulan sehari-hari yang disebut bahasa ‘busang.’
Dilihat dari pola menetapnya, kita mengenal beberapa suku bangsa
Dayak sebagai berikut.
a) Suku bangsa Dayak Ngaju atau Ola Ngaju berada di daerah
Kalimantan Tenggara.
b) Suku bangsa Dayak Kayan berada di daerah Kalimantan Utara.
c) Suku bangsa Dayak Maanyan Siung berada di daerah Kalimantan
Selatan, sepanjang Sungai Siung yakni anak Sungai Barito. Uraian di
buku ini banyak dikutip dari suku bangsa Dayak ini.
d) Kelompok-kelompok lain yang tersebar di pedalaman Pulau
Kalimantan seperti Dayak Kenyah, Iban, Ot Danum.
e) Suku bangsa Punan. Dalam buku-buku etnografi, suku bangsa ini tidak
dikategorikan sebagai suku bangsa Dayak. Suku bangsa ini merupakan
suku bangsa terasing yang hidup di Kalimantan Tengah. Mereka hidup
berpindah-pindah sebagai peladang dan peramu hasil hutan.
Antropologi SMA Kelas XII
114
Gambar 4.10
Tari Perang dari Dayak
Sumber:
www.kutaikartanegara.com
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
Agama asli orang Dayak adalah
Kaharingan.
Sebutan
Kaharingan
diambil dari istilah
Danum Kaharingan
yang berarti
air kehidupan.
Dalam dongeng-dongeng suci, air dipercaya dapat
memberi kehidupan pada manusia.
Umat Kaharingan percaya bahwa alam sekitar tempat tinggal
manusia penuh dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh (
ganan
dalam bahasa Ngaju) yang menempati tiang rumah, batu-batu besar,
pohon-pohon besar, hutan belukar, dan air.
Ganan
mempunyai sebutan
yang berbeda-beda, yaitu:
1) sangiang
, nayu-nayu
(dalam bahasa Ngaju) yaitu roh-roh baik
2
) taloh, kambe
(dalam bahasa Ngaju) yaitu roh-roh jahat
Selain
ganan,
ada segolongan makhluk halus yang mempunyai
peran sangat penting dalam kehidupan orang Dayak, yaitu roh nenek
moyang (
liau
dalam bahasa Ngaju,
rio
dalam Ma’anyan). Menurut
kepercayaan orang Dayak, jiwa
(hambaruan)
orang mati itu
meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat tinggal
manusia sebagai
liau.
Lambat laun laiu akan kembali kepada dewa
tertinggi yang disebut
Ranying,
tetapi prosesnya memakan waktu
yang sangat lama serta melalui bermacam-macam rintangan dan ujian
sebelum akhirnya masuk ke dunia roh yang bernama
Lewu Liau
dan
menghadap Ranying. Dalam syair-syair suci orang Ngaju dunia roh
disebut “negeri kaya- raya” yang berpasir emas, berbukit intan, dan
berkerikil manik, tempat dimana tak ada kemalangan, kesusahan, dan
kelelahan.
Upacara-upacara yang dilakukan oleh orang-orang Dayak dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) upacara keagamaan yang ditujukan kepada roh nenek moyang
dan makhluk halus yang menempati alam sekeliling
2) upacara menyambut kelahiran anak
3) upacara memandikan bayi untuk pertama kali
4) upacara memotong rambut bayi
5) upacara penguburan mayat
Bab 4 – Etnografi Indonesia
115
6) upacara pembakaran mayat.
Kalau orang Dayak meninggal, mayatnya dikubur dulu dalam
sebuah peti mayat yang terbuat dari kayu berbentuk perahu lesung
(
raung
dalam bahasa Ngaju). Kuburan ini dianggap sebagai kuburan
sementara sebelum mayat dibakar dalam suatu upacara terpenting
bagi orang Dayak, yaitu upacara pembakaran mayat secara besar-
besaran yang pada orang Ngaju disebut
tiwah
(
daro
Ot. Danum;
Ijambe’ Ma’anyan).
Pada upacara tersebut, tulang-belulang semua orang sekerabat
yang telah meninggal digali kemudian dibakar dan abunya ditempatkan
pada tempat pemakaman berupa bangunan
(tambak).
Upacara ini
biasanya dilakukan oleh keluarga-keluarga luas secara besar-besaran
dan berlangsung sampai dua-tiga minggu lamanya. Pengunjung dari
berbagai desa datang untuk merayakan upacara pembakaran mayat
(tiwah)
ini. Upacara
tiwah
memakan biaya yang cukup besar. Biaya
tersebut meliputi biaya makanan dan minuman untuk para tamu, biaya
para pelaku upacara (para
balian
), dan biaya alat-alat musik untuk
mempertunjukkan tarian suci yang menarik. Tetapi walupun memakan
biaya banyak ritual ini dipercaya juga akan membawa suatu berkah
bagi orang yang melaksanakan ritual. Upacara ini dilaksanakan oleh
keluarga yang memiliki ekonomi atas.
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
Sebutkan dan deskripsikan beberapa suku Dayak yang kalian ketahui.
Tulislah di buku tugas kalian dan kumpulkan hasilnya kepada guru!
b. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Dayak didasarkan pada prinsip
ambilineal,
yaitu menghitung hubungan kekerabatan untuk sebagian
masyarakat melalui garis keturunan laki-laki, dan sebagian masyarakat
melalui garis keturunan perempuan.
Dahulu, ketika rumah-rumah panjang masih ada, kelompok
kekerabatan didasarkan pada prinsip ambilineal kecil atau
utrolokal
dengan
orientasi terhadap nenek moyang yang masih hidup, dua atau tiga generasi.
Pada masa sekarang, kelompok kekerabatan keluarga luas
utrolokal
merupakan isi suatu rumah tangga. Rumah tangga ini juga berlaku sebagai
kesatuan fisik, misalnya dalam sistem gotong-royong dan sebagai kesatuan
rohaniah dalam upacara agama Kaharingan. Setiap keluarga luas
mempunyai pelindung.
Antropologi SMA Kelas XII
116
Kewargaan dari suatu rumah tangga tidak statis, karena tergantung
dari tempat tinggal pada waktu ia menikah. Perkawinan yang dianggap
ideal pada orang Dayak adalah perkawinan antara dua orang bersaudara
sepupu, yang kakek-kakeknya adalah saudara sekandung (
hajanen
dalam
bahasa Ngaju). Perkawinan dua orang saudara sepupu yang ibu-ibunya
bersaudara kandung (
cross cousin
) juga dianggap baik. Perkawinan yang
dianggap sumbang adalah perkawinan antara dua sepupu yang ayah-
ayahnya adalah bersaudara sekandung
(part-paralel cousin)
. Orang
Dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah dengan laki-laki suku
bangsa lain, asalkan laki-laki tersebut bersedia tunduk kepada adat mereka
dan bersedia terus berdiam di desa mereka.
c.
Sistem Politik
Pemerintahan desa secara formal berada di tangan
pembekal
dan
panghulu
.
Pembekal
bertindak sebagai pemimpin administratif.
Panghulu
merupakan kepala adat dalam desa. Syarat untuk mejadi
pembekal
adalah
kemampuan menulis dan membaca huruf latin, mempunyai rumah, serta
mempunyai pengaruh.
Adapun syarat untuk menjadi
panghulu
adalah ahli dalam masalah-
masalah adat, karena
panghulu
akan menjadi orang yang diminta bertindak
untuk memutuskan perkara-perkara hukum adat, dan menjadi wakil desanya
pada upacara-upacara adat yang diadakan di desa tetangga.
Kedudukan
pembekal
dan
panghulu
sangat terpandang di desa.
Mereka memperoleh jabatan melalui pemilihan oleh warga desa. Dahulu
kedua jabatan itu dirangkap oleh seorang kepala desa yang disebut
patih.
Tetapi, sejalan dengan perkembangan zaman yang mengakibatkan
pekerjaan administratif semakin bertambah, akhirnya terjadi pemisahan.
Selain
pembekal
dan
panghulu
ada pula satu dean yang terdiri atas or-
ang tua-tua desa yang dianggap juga ahli dalam adat. Mereka merupakan
penasehat
panghulu
dalam soal adat. Dewan ini disebut
mantir.
Menurut
A.B. Hudson
, hukum pidana RI telah berlaku pada orang
Dayak untuk mendampingi hukum adat yang ada. Keduanya saling mengisi,
tetapi terkadang terdapat perbedaan. Misalnya, seorang penduduk desa
memasang perangkap rusa di hutan.
Seorang laki-laki kemudian terkena perangkap tersebut hingga ia meninggal.
Laki-laki tersebut merupakan anak tunggal dari seseorang yang sudah
lanjut usianya. Anak laki-laki tersebut merupakan tulang punggung keluarga
dan pencari nafkah. Menurut hukum pidana, si pemasang perangkap rusa
tidak bersalah karena tidak terdapat unsur kejahatan. Tetapi menurut hukum
adat Dayak ia bersalah dan harus di-
danda
(memberi ganti kerugian).
Denda bagi pemasang perangkap tersebut adalah harus memberi nafkah
orang tua korban.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
117
d. Sistem Ekonomi
Bercocok tanam di ladang adalah mata pencaharian orang Dayak.
Mereka membuat ladang dengan cara menebang pohon-pohon di hutan.
Batang-batang serta daun-daun dibiarkan mengering selama dua bulan
kemudian dibakar. Pada musim hujan, sekitar bulan Oktober, mereka mulai
menanam. Laki-laki berbaris di muka sambil menusuk-nusuk tanah dengan
tongkat tunggalnya. Sedangkan para wanita berbaris di belakang sambil
memasukkan beberapa butir padi ke dalam lubang yang telah dibuat oleh
kaum laki-laki.
Selain padi, mereka juga menanam ubi kayu, ubi rambat, keladi,
terong, nanas, pisang, tebu, cabe, berbagai macam labu-labuan, dan ada
kalanya tembakau. Pohon buah-buahan yang banyak ditanam di ladang
ialah durian, cempedak, dan pinang.
Setelah ladang dipanen beberapa kali tanah mulai tandus. Sebelum
mereka meninggalkan tanah tersebut, mereka menanam pohon karet untuk
diambil hasilnya kelak.
Berburu babi dan rusa di hutan sekitar tempat kediaman mereka
sering dilakukan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Alat-alat
berburu sangat tradisional, seperti
dondang, lonjo
(tombak),
ambang
(parang),
jarat
(jerat),
sipet
(berisikan ranjau kayu atau bambu runcing).
Mereka juga mencari hasil hutan seperti mengumpulkan rotan, karet,
dan damar. Pekerjaan tersebut dilakukan untuk menambah nafkah keluarga.
Mereka menjual hasil hutan kepada tengkulak atau pedagang yang sengaja
datang ke desa mereka. Kemudian para pedagang membawa hasil hutan
tersebut ke kota-kota atau menjualnya di pasar.
Kadang-kadang mereka menggunakan sistem barter. Para pedagang
membawa gula, kopi atau keperluan rumah tangga lain untuk ditukarkan
dengan hasil hutan.
Orang Dayak terkenal dengan seni menganyam kulit, rotan, tikar,
keranjang-keranjang, dan topi-topi. Produksi mereka diperdagangkan di
pasar-pasar Kuala Kapuas, Banjarmasin, Sampit, dan kota-kota lain.
Pada masa sekarang produksi kain dari kulit kayu
(ewah)
untuk
dipakai sendiri sudah mulai berkurang.
Ewah
telah digantikan kain impor
yang masuk sampai ke pedalaman. Orang Dayak sudah banyak berpakaian
lengkap seperti orang Indonesia lainnya. Misalnya, kaum laki-laki memakai
hem dan celana, kaum wanita memakai kain kebaya dan sarung. Bahkan
para pemudinya sudah banyak memakai potongan rok Eropa.
Orang Dayak banyak berhubungan dengan orang luar seperti or-
ang Melayu, Jawa, Bugis, Cina, Arab, dan Eropa. Beberapa pemuda Dayak
yang telah mendapatkan pendidikan berusaha memajukan suku bangsanya
dengan berbagai cara antara lain mendirikan organisasi Serikat Dayak,
Koperasi Dayak, dan lain-lain.
Antropologi SMA Kelas XII
118
DISKUSI SISWA
Apresiasi Keragaman Suku Bangsa
Diskusikan dengan teman dan guru kalian ciri-ciri spesifik setiap suku
bangsa Dayak ditinjau dari pakaian adat, jenis upacara adat yang
dilakukan, sistem religi, jenis mata pencaharian, serta bentuk rumah
adatnya! Tulislah hasil diskusi dan kumpulkan kepada guru kalian!
7. Kebudayaan Bugis-Makassar
a
.
Sistem Kepercayaan
Orang Bugis-Makassar lebih banyak tinggal di Kabupaten Maros
dan Pangkajene Propinsi Sulawesi Selatan. Mereka merupakan penganut
agama Islam yang taat. Agama Islam masuk ke daerah ini sejak abad ke-
17. Mereka dengan cepat menerima ajaran T
auhid. Proses islamisasi di
daerah ini dipercepat dengan adanya kontak terus-menerus dengan
pedagang-pedagang melayu Islam yang sudah menetap di Makassar.
Pada zaman pra-Islam, religi orang Bugis-Makassar, seperti tampak
dalam
Sure’ Galigo
, mengandung suatu kepercayaan kepada satu dewa
tunggal yang disebut dengan beberapa nama, yaitu:
1)
Patoto-e
, yaitu ‘Dia yang menentukan nasib’
b)
Dewata Seuwa-e,
yaitu ‘Dewa yang tunggal’
3)
Turie a’rana,
yaitu ‘Kehendak yang tertinggi’
Sisa-sisa kepercayaan ini masih terlihat pada orang
To Lotang
di
Kabupaten Sindenreng-Rappang, dan pada orang
Amma Towa
di Kajang,
Kabupaten Bulukumba.
Orang Bugis-Makassar masih menjadikan adat mereka sebagai
sesuatu yang keramat dan sakral. Sistem adat yang keramat itu
didasarkan pada lima unsur pokok sebagai berikut.
a
. Ade’
(
ada’
dalam bahasa Makassar) adalah bagian dari
panngaderrang
yang terdiri atas:
1.
Ade’ Akkalabinengneng,
yaitu norma mengenai
perkawinan, kaidah-kaidah keturunan, aturan-aturan
mengenai hak dan kewajiban warga rumah tangga, etika
dalam hal berumah tangga, dan sopan-santun pergaulan
antarkaum kerabat.
2
. Ade’ tana,
yaitu norma mengenai pemerintahan, yang
terwujud dalam bentuk hukum negara, hukum antarnegara,
dan etika serta pembinaan insan politik. Pembinaan dan
pengawasan
ade’
dalam masyarakat Bugis-Makassar
dilakukan oleh beberapa pejabat adat, seperti
pakka-tenni
ade’, pampawa ade’,
dan
parewa ade.’
Bab 4 – Etnografi Indonesia
119
b
.
Bicara,
berarti bagian dari pangaderreng, yaitu mengenai semua
kegiatan dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan hukum
adat, acara di muka pengadilan, dan mengajukan gugatan.
c.
Rampang,
berarti perumpamaan, kias, atau analogi. Sebagai
bagian dari
panngaderreng, rampang
menjaga kepastian dan
kesinambungan suatu keputusan hakim tak tertulis masa lampau
sampai sekarang dan membuat analogi hukum kasus yang
dihadapi dengan keputusan di masa lampau.
Rampang
juga berupa
perumpamaan-perumpamaan tingkah-laku ideal dalam berbagai
bidang kehidupan, baik kekerabatan, politik, maupun
pemerintahan.
d.
Wa r i ,
adalah bagian dari
panngaderreng
yang berfungsi
mengklasifikasikan berbagai benda dan peristiwa dalam kehidupan
manusia. Misalnya, dalam memelihara garis keturunan dan
hubungan kekerabatan antarraja.
e.
Sara,
adalah bagian dari
pangaderreng
, yang mengandung
pranata hukum, dalam hal ini ialah hukum Islam.
Kelima unsur keramat di atas terjalin menjadi satu dan mewarnai
alam pikiran orang Bugis-Makassar. Unsur tersebut menghadirkan
rasa sentimen kewargaan masyarakat, identitas sosial, martabat, dan
harga diri, yang tertuang dalam konsep
siri. Siri
ialah rasa malu dan
rasa kehormatan seseorang.
TUGAS SISWA
Apresiasi Keanekaragaman Budaya
1. Apa nama pakaian adat wanita Makassar?
2. Perlengkapan apa saja yang dikenakan oleh wanita Makassar?
b. Sistem Kekerabatan
Perkawinan ideal menurut adat Bugis Makassar adalah:
1)
Assialang marola,
yaitu perkawinan antara saudara sepupu sederajat
kesatu, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
2)
Assialana memang,
yaitu perkawinan antara saudara sepupu
sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
3)
Ripanddeppe’ mabelae,
yaitu perkawinan antara saudara sepupu
sederajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
Perkawinan tersebut, walaupun ideal, tidak diwajibkan sehingga banyak
pemuda yang menikah dengan gadis-gadis yang bukan sepupunya.
Perkawinan yang dilarang atau sumbang
(salimara’)
adalah perkawinan
antara:
1) anak dengan ibu atau ayah
2) saudara sekandung
3) menantu dan mertua
Antropologi SMA Kelas XII
120
4) paman atau bibi dengan kemenakannya
5) kakek atau nenek dengan cucu
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum perkawinan adalah:
1)
mappuce-puce,
yaitu kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada
keluarga si gadis untuk mengadakan peminangan.
2)
massuro,
yaitu kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada
keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis
sunreng
(mas kawin), dan sebagainya.
3)
Maduppa,
yaitu pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat
mengenai perkawinan yang akan datang.
d. Sistem Politik
Orang Bugis-Makassar lebih banyak mendiami Kabupaten Maros
dan Kabupaten Pangkajene. Desa-desa di kabupaten tersebut merupakan
kesatuan-kesatuan administratif, gabungan sejumlah kampung lama, yang
disebut desa-desa gaya baru. Sebuah kampung biasanya terdiri atas
sejumlah keluarga yang mendiami antara 10 sampai 20 buah rumah. Rumah-
rumah itu biasanya terletak berderet menghadap ke selatan atau barat.
Apabila ada sungai, diusahakan membangun rumah membelakangi sungai.
Pusat kampung lama ditandai dengan sebuah pohon beringin besar yang
dianggap sebagai tempat keramat
(possi tana).
Sebuah kampung lama dipimpin oleh seorang kepala kampung
(matowa, jannang, lompo’, toddo’)
. Kepala kampung dibantu oleh
sariang
dan
parennung.
Gabungan kampung dalam struktur asli disebut
wanua, pa’rasangan
atau
bori.’
Pemimpin
wanua
oleh orang Bugis
dinamakan
arung palili
atau
sullewatang,
orang Makassar menyebutnya
gallarang
atau
karaeng.
Dalam struktur pemerintahan sekarang
wanua
sama dengan kecamatan.
Lapisan masyarakat Bugis-Makassar dari zaman sebelum kolonial
Belanda terdiri atas:
a.
anakarung
atau
anak’kareang,
yaitu lapisan kaum kerabat raja-raja
b.
to-maradeka,
yaitu lapisan orang merdeka
c.
ata,
yaitu lapisan budak
Pada permulaan abad ke-20 lapisan
ata
mulai hilang karena desakan
agama, begitu juga
anak’karung
atau
to-maradeka.
Gelar
anakarung
seperti
Karaenta, Puatta, Andi,
dan
Daeng,
walau masih dipakai, tidak mempunyai
arti lagi, sudah digantikan oleh tinggi rendahnya pangkat dalam sistem birokrasi
kepegawaian dan pendidikan.
4. Sistem Ekonomi
Orang Bugis-Makassar yang tinggal di desa-desa daerah pantai bermata
pencaharian mencari ikan. Mereka akrab dengan laut dan berani mengarungi
lautan luas. Mereka menangkap ikan sampai jauh ke laut hanya dengan perahu-
perahu layar
. Dengan perahu layar dari tipe
pinisi
dan
lambo,
orang Bugis-
Makassar mengarungi perairan nusantara sampai Srilanka dan Filipina.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
121
Mereka merupakan suku bangsa Indonesia yang telah mengembangkan
kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang Bugis-Makassar juga telah
mewarisi hukum niaga pelayaran. Hukum ini disebut
Ade’allopiloping
Bicaranna Pabbalue
ditulis oleh Amanna Gappa pada lontar abad ke-17.
Sambil berlayar orang Bugis-Makassar mengembangkan perdagangan
ke berbagai tempat di Indonesia. Berbagai jenis binatang laut ditangkap dan
diperdagangkan.
Teripang
dan
holothurioidea
(sejenis binatang laut) ditangkap
di kepulauan Tanibar, Irian Jaya, bahkan sampai ke Australia untuk dijual kepada
tengkulak. Melalui tengkulak binatang laut ini diekspor ke Cina. Mulai abad ke-
19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat maju.
Selain pertanian, penangkapan ikan, pelayaran,dan perdagangan, usaha
kerajinan rumah tangga merupakan kegiatan orang Bugis-Makassar untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berbagai jenis kerajinan rumah tangga
mereka hasilkan. Tenunan sarung sutera dari Mandar, dan Wajo, serta tenunan
sarung Samarinda dari Bulukumbu adalah salah satu contohnya.
DISKUSI SISWA
Apresiasi Kemajemukan Masyarakat
Diskusikan dengan guru kalian mengenai dampak positif dan dampak
negatif tamasirik pada masyarakat Makassar! Tulislah hasil diskusi di
buku tugas dan serahkan kepada guru kalian!
8. Kebudayaan Asmat
a.
Sistem Kepercayaan atau Religi
Menurut bahan yang dikumpulkan oleh
Pastur Zehwward, seorang
misionaris berbangsa Belanda, orang Asmat mempunyai kepercayaan
bahwa mereka berasal dari Fumeripits, Sang Pencipta. Konon
Fumeripits terdampar di pantai dalam keadaan sekarat dan tidak
sadarkan diri.
Nyawanya diselamatkan oleh sekelompok burung sehingga ia pulih
dan hidup sendirian di daerah baru tersebut. Karena kesepian ia
membangun rumah panjang yang diisi dengan patung-patung yang
terbuat dari kayu hasil ukirannya. Masih merasa kesepian, kemudian
ia membuat tifa yang ditabuhnya setiap hari. Tiba-tiba, bergeraklah
patung-patung kayu yang dibuatnya itu mengikuti irama tifa. Dan
sungguh ajaib, patung-patung kayu pun berubah wujud menjadi manusia
hidup. Mereka menari-nari mengikuti irama tabuhan tifa dengan kedua
kaki agak terbuka dan kedua lutut bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan.
Semenjak itu Fumeripits terus mengembara dan di setiap daerah
yang disinggahi ia membangun sebuah rumah panjang dan menciptakan
manusia-manusia baru yang kemudian menjadi orang-orang Asmat
sekarang.
Antropologi SMA Kelas XII
122
Orang Asmat menyebut dirinya
as-asmat,
yang berarti manusia
pohon. Pohon adalah benda yang sangat luhur bagi mereka. Pohon
diidentikkan dengan manusia, manusia adalah pohon dan pohon adalah
manusia. Kaki manusia merupakan akar-akar pohon, batang pohon
adalah tubuh manusia, dahannya adalah lengannya, dan buahnya
adalah kepala manusia.
Binatang-binatang pemakan manusia (biasanya berwarna hitam)
menjadi lambang dari pengayauan kepala, lebih-lebih bila binatang itu
dapat terbang. Identifikasi manusia dengan pohon bukan tanpa alasan.
Keadaan alam yang penuh dengan rawa-rawa lumpur tidak
memungkinkan untuk membuat peralatan kehidupan selain dengan
kayu. Kayu adalah kehidupan mereka.
Makanan pokok mereka berasal dari satu pohon, yaitu pohon
sagu. Pohon sagu memegang peranan penting dalam kehidupan suku
bangsa Asmat. Sagu bagaikan nasi bagi kebanyakan penduduk Indo-
nesia.
Kehidupan orang-orang Asmat terkait erat dengan alam
sekitarnya. Mereka mempunyai kepercayaan bahwa alam semesta
didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk halus, yang semuanya
disebut setan. Setan digolongkan ke dalam dua kategori. Ada setan
yang membahayakan kehidupan umat manusia, seperti setan
perempuan hamil yang meninggal atau setan yang hidup di pohon
beringin, dan ada setan yang tidak membahayakan jiwa tetapi suka
menakut-nakuti dan mengganggu saja.
Mereka juga percaya akan adanya kekuatan magis yang
kebanyakan adalah dalam bentuk tabu. Kekuatan magis biasanya
dipergunakan untuk menemukan barang-barang hilang, barang curian,
ataupun untuk menunjukkan posisi si pencuri. Ada yang
mempergunakan kekuatan magis ini untuk menguasai alam dan dapat
mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan topan.
Ilmu sihir hitam juga banyak dipraktikkan, terutama oleh kaum
wanita. Seseorang yang mempunyai kekuatan ini dapat menyakiti atau
membunuh manusia.
Kekuatan ini diturunkan seorang ibu kepada anak perempuannya
sebagi senjata perlindungan diri. Misi penyebaran agama serta usaha
pemerintah dalam memajukan tingkat kehidupan orang-orang Asmat
banyak mengurangi kepercayaan-kepercayaan tersebut.
Bagi orang Asmat kematian bukan merupakan hal yang alamiah,
tetapi karena terbunuh atau karena sihir hitam. Orang yang meninggal
semula tidak dikubur, tetapi diletakkan di atas panggung di luar rumah
panjang, sedang tulang tengkorak diambil keluarga terdekat sebagai
alas tidur (bantal), sebagai pertanda cinta kasih mereka kepada yang
meninggal.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
123
Upacara
bis
merupakan salah satu kejadian penting dalam
kehidupan suku Asmat, sebab berhubungan dengan pengukiran patung
leluhur atau bila ada permintaan dari suatu keluarga. Semula upacara
bis
diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang mati terbunuh
dan kematian itu harus segera dibalas dengan membunuh anggota
keluarga si pembunuh.
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
Deskripsikanlah tentang sistem religi dan kepercayaan suku Asmat
Tulis di buku tugas dan kumpulkan hasilnya kepada guru kalian!
b. Sistem Kekerabatan
Dalam suatu perkawinan, mas kawin dikumpulkan dari keluarga
dan saudara-saudara dari pihak laki-laki untuk disampaikan dan dibagi-
bagikan kepada keluarga dan saudara-saudara pihak wanita. Umumnya
perkawinan diatur oleh pihak orang tua kedua belah pihak tanpa
sepengetahuan anak-anak mereka. Perkawinan yang direncanakan itu
disebut
tinis.
Selain itu, dikenal dua cara perkawinan yang disebut
parsem
dan
mbeter. Parsem
adalah perkawinan yang terjadi sebagai akibat adanya
hubungan rahasia antara seorang pemuda dengan seorang pemudi yang
kemudian diakui secara sah oleh orang tua kedua belah pihak. tanpa
sepengetahuan anak-anak
mereka. Perkawinan yang
direncanakan itu disebut
tinis.
Selain itu, dikenal dua cara
perkawinan yang disebut
parsem
dan
mbeter.
Parsem
adalah perkawinan yang
terjadi sebagai akibat adanya
hubungan rahasia antara seorang
pemuda dengan seorang pemudi
yang kemudian diakui secara sah
oleh orang tua kedua belah pihak.
Sedangkan
mbeter
kawin lari,
yaitu apabila laki-laki melarikan
si perempuan untuk dikawini. Dalam hal ini dapat timbul pertikaian antara
kedua belah pihak yang secara tradisional dapat berakhir bila terjadi
pembunuhan di masing-masing pihak.
Gambar 4.11
Suku Dani
Sumber:
www.westpapua.net
Antropologi SMA Kelas XII
124
Dalam suatu perkawinan yang direncanakan, peminangan dilakukan
oleh orang tua pihak wanita. Melalui perkawinan, seorang suami
memperoleh hak atas daerah sagu dan daerah ikan milik mertua laki-lakinya.
Sifat perkawinan dalam masyarakat Asmat adalah berdasarkan prinsip
eksogami. Jadi, perkawinan antara anggota-anggota dari
clan
yang berbeda
diperbolehkan. Perkawinan endogami dapat terjadi hanya bila pihak-pihak
yang berkepentingan tidak berasal dari satu garis keturunan lurus.
Sebelum seorang gadis kawin, ia termasuk
clan
ayahnya. Tapi begitu
kawin ia mengikuti
clan
suaminya, dan menetap bersama keluarga
suaminya. Bila suaminya meninggal, istri dan anak-anak tetap tinggal
bersama keluarga suami. Mereka menjadi tanggung jawab keluarga suami.
Karena orang-orang Asmat menjalankan
levirat,
maka saudara laki-
laki dari yang meninggal dapat mengawini jandanya. Dalam hal ini dapat
terjadi poligami karena sering lelaki yang mengawini janda itu sudah
mempunyai istri terlebih dahulu. Istri pertama dan anak-anaknya tinggal
bersama
clan
suami, sedangkan istri-istri berikutnya beserta anak-anak
kembali ke
clan
asalnya. Namun demikian, pada prinsipnya orang-orang
Asmat menganut sistem patrilineal sehingga dalam pewarisan misalnya
hak milik ditetapkan menurut garis keturunan ayah.
c.
Sistem Ekonomi
Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa
dan berlumpur, serta ditutupi hutan tropis. Sungai-sungai yang mengalir di
daerah ini tidak terhitung banyaknya dan berwarna gelap karena lumpur.
Keadaan alam yang demikian disebabkan antara lain oleh hujan yang turun
sebanyak 200 hari setiap tahunnya.
Disamping itu perembesan air laut ke pedalaman menyebabkan tanah
tidak dapat ditanami jenis-jenis tanaman seperti pohon kelapa, bambu, pohon
buah-buahan, dan jenis tanaman kebun seperti sayur-mayur, tomat, timun,
dan sebagainya. Kalaupun ada pohon kelapa atau bambu, jumlahnya sangat
terbatas.
Dahulu orang-orang Asmat hidup di hutan-hutan, menetap di suatu
tempat untuk beberapa bulan, kemudian berpindah mencari tempat baru
apabila bahan makanan di sekitarnya sudah berkurang.
Hidup di hutan bagi mereka berarti hidup bebas, tidak ada peraturan-
peraturan yang mengikat. Bahan makanan pun melimpah dan banyak
macamnya. Hal inilah yang menarik mereka untuk kembali ke hutan
meninggalkan kampung yang telah disediakan. Di hutan mereka mendirikan
semacam rumah yang besar yang disebut dengan
bivak,
yang berfungsi
sebagai tempat tinggal sementara.
Sagu sebagai makanan pokok banyak ditemukan di hutan. Untuk
mendapatkan makanan dari pohon sagu, pohon itu ditebang, kulitnya dibuka,
sebagian isinya ditumbuk hingga hancur. Kemudian isi tersebut dipindahkan
ke dalam suatu saluran air sederhana yang terbuat dari daun sagu untuk
dibersihkan.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
125
Sebagai makanan tambahan, suku Asmat mengumpulkan ulat sagu
yang didapat di dalam pohon sagu yang sudah membusuk. Ulat yang
merupakan sumber protein dan lemak adalah makanan yang lezat dan
bernilai tinggi bagi mereka.
Wanita dan anak-anak memburu
iguana
(sejenis kadal) untuk
diambil kulitnya dan digunakan dalam pembuatan
tifa.
Dagingnya
dipanggang dan dimakan. Tikus hutan pun ditangkap dan dimakan. Tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan makan dalam keluarga ada pada ibu
dibantu oleh anak-anak perempuannya.
DISKUSI SISWA
Apresiasi Keanekaragaman Budaya
1. Diskusikan dengan teman-teman kalian alat perkawinan berikut.
a. Parsem
b. Mbeter
2. Bagaimana jika budaya ini berkembang ke daerah kalian? Apa yang
akan terjadi?
Tuliskan hasilnya di buku tugas dan kumpulkan kepada guru!
9. Kebudayaan Dani
a.
Sistem Kepercayaan atau Religi
Suku bangsa Dani bermukim di lembah Baliem, Irian Jaya.
Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya W
ijaya pada
ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem
memiliki luas sekitar 1200 km
2
.
Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem.
Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, biasanya dilakukan
melalui upacara pesta babi. Suku Dani mempercayai
Atou,
yaitu
kekuatan sakti yang berasal dari nenek moyang yang diturunkan
kepada anak laki-lakinya. Kekuatan sakti ini antara lain:
1) kekuatan menjaga kebun
2) kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
3) kekuatan menyuburkan tanah
Untuk menghormati nenek moyangnya suku Dani membuat
lambang nenek moyang yang disebut
kaneka.
Lambang ini terbuat
dari batu keramat berbentuk lonjong yang diasah hingga mengkilap.
Di samping upacara penghormatan terhadap nenek moyang, suku
Dani juga melaksanakan upacara:
1) Tentang siklus kehidupan yang menyangkut kelahiran, inisiasi,
perkawinan, dan kematian.
2) Tentang soal kehidupan menyangkut penyakit dan peperangan.
Antropologi SMA Kelas XII
126
b. Sistem Kekerabatan
Kekerabatan suku Dani bersifat
patrilineal
. Garis keturunan
dihitung dalam satu kelompok nenek moyang mulai dari ayah sampai
enam atau tujuh generasi.
Menurut mitologi, suku Dani berasal dari keturunan sepasang
suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di
lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama
Waita
dan
Wara.
Perkawinan pada suku Dani bersifat eksogami karena
kedua anak tadi beserta keturunannya dilarang oleh orang tuanya
menikah dalam kelompoknya masing-masing.
c.
Sistem Ekonomi
Mata pencaharian pokok suku Dani adalah bercocok tanam ubi
kayu dan ubi jalar. Ubi jalar adalah tanaman utama di kebun-kebun
mereka. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu,
dan tembakau.
Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:
1) Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan
secara menetap
2) Kebun-kebun di lereng gunung
3) Kebun-kebun yang berada di antara dua
uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau
beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap
kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan
kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan
sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak
babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama
wamai
(wam =
babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat
persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan
hunu.
Bagian
dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian
sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat
berkebun.
Bagi suku Dani babi berguna untuk:
1) dimakan dagingnya
2) darahnya dipakai dalam upacara magis
3) tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4) tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5) sebagai alat pertukaran/barter
6) menciptakan perdamaian bila ada perselisihan
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat
terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah
batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit
binatang, dan bulu burung.
Bab 4 – Etnografi Indonesia
127
TUGAS SISWA
Berpikir Kritis
Coba kalian buatlah studi etnografi tentang suku-suku yang lain yang
ada di Indonesia dengan menjelaskan unsur-unsur etnografi?
B. Penyebaran Bahasa Lokal
I
ndonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dan dipisahkan oleh laut.
Akibatnya masyarakatnya memiliki kharakter kebudayaan yang berbeda-beda.
Kebudayaan yang beraneka ragam tumbuh dan berkembang membentuk suatu
sistem kebudayaan yang unsur-unsurnya terdiri dari
1.
Bahasa.
2.
Sistem pengetahuan.
3.
Organisasi sosial.
4.
Sistem peralatan hidup dan teknologi.
5.
Sistem mata pencaharian hidup
6.
Sistem religi
7.
Kesenian
Ketujuh unsur ini berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Unsur-unsur
kebudayaan yang dimiliki dipengaruhi oleh kondisi daerah yang di tinggalinya.
Misalnya di daerah Indonesia timur memiliki bahasa yang kentara dengan tradisinya
dan sistem organisasi yang masih bersifat kolektif. Dengan demikian perbedaan
bahasa juga tergantung dari letak daerah dan kondisi daerah.
Bahasa adalah suatu sistem bunyi, yang kalau digabungkan menurut aturan
tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara
dalam bahasa itu ( William A Haviland). Sedangkan bahasa daerah adalah bahasa
lokal yang dipakai untuk berkomunikasi di daerah dan tidak di integrasikan dalam
lingkup nasional. Bahasa daerah ini yang menjadi bahasa komunikasi sehari-hari
bagi masyarakat. Disamping itu bahasa lokal juga ditentukan dan dipengaruhi oleh
kebudayaan khusus.Pengaruh budaya mendasari bentuk logat bahasa daerah.
Kondisi Indonesia yang berkepulauan dan memilki perbedaan Sumber Daya
Manusia dan Sumber Daya Alam menyebabkan adanya pergerakan sosial.
Masyarakat Indonesia bergerak dari daerahnya ke daerah lain untuk
mempertahankan hidupnya maupun mengubah kondisi hidupnya. Migrasi ini
menyebabkan terjadinya akulturasi budaya dan juga terjadi penyebaran bahasa lokal.
Misalnya di Jawa yang merupakan daerah yang modern dan maju menarik penduduk
daerah lain untuk berkunjung. Banyak sekali penduduk dari suku yang tinggal dari
daerah lain di Indonesia berdatangan dan membawa bahasa lokal. Dengan demikian
di Jawa akhirnya terjadi akulturasi bahasa dengan bahasa lain yang memungkinkan
memunculkan bahasa baru.
Antropologi SMA Kelas XII
128
1. Penyebaran Bahasa Lokal di Indonesia
Penyebaran bahasa lokal di indonesia juga menyebabkan mis
komunikasi antara penduduk pendatang dengan penduduk asli. Misalnya
komunikasi ini dapat menimbulkan konflik yang mengancam integrasi
bangsa. Akan tetapi, kadang terjadinya penyebaran bahasa lokal dapat
menimbulkan variasi bahasa yang berkembang di Indonesia.Hal ini dapat
memperbanyak khasanah bahasa daerah.
Arti kata dalam bahasa lokal memiliki maksud yang berbeda-beda
pula. Ini diakibatkan adanya proses Fonologi dalam penyebaran bahasa
lokal. Fonologi sebenarnya adalah Studi tentang pola bunyi bahasa. Studi
ini menganalisis persamaan bunyi
yang memiliki makan yang
berbeda. W
alaupun tulisan kata
sama mungkin tidak sama
maksudnya antara daerah satu
dengan daerah lainnya. Misalnya
kata “beli” bagi masyarakat yang
tinggal di Jakarta mungkin
bermakna transaksi ekonomi atau
bagaimana cara mendapatkan
barang. Tapi di bali kata “beli”
dimaknai sebagai abang atau
kakak, begitu pula kata “teh” juga
memiliki makna yang berbeda
antara daerah satu dengan daerah
lainnya. Kata “teh” bagi orang
jawa tengah adalah suatu minuman
tetapi bagi masyarakat sunda kata
“teh” bermakana kakak perem-
puan. Oleh karena itu, penyebaran
bahasa lokal dapat menimbulkan
suatu pergeseran makna kata dari suatu bahasa daerah.
Bahasa lokal suatu daerah juga memiliki kata-kata tabu yang berbeda.
Pada umumnya bahasa lokal memiliki kata-kata yang dapat diterima dan
tidak dapat diterima dalam masyarakat. Kata yang tidak diterima inilah
yang disebut sebagai kata tabu. Setiap daerah memiliki dasar tersendiri
dalam mengelompokan kata tabu dalam bahasa kesehari-harinya. Mungkin
juga ada bahasa yang memiliki perkataan sama teapi memiliki tingkat
ketabuan yang berbeda.
Poses penyebaran bahasa lokal yang menimbulkan benturan makna
ini memang menjadi masalah tersendiri terhadap komunikasi antar budaya
di Indonesia. Hal ini bisa menghambat eksistensi dari bahasa lokal dan
juga menimbulkan. Untuk mengantsipasi kejadian-kejadian itu maka
Pemerintah Indonesia mengintegrasikan bahasa lokal menjadi bahasa
nasional yang di sebut bahasa Indonesia.
Gambar 5.12
Penyebaran bahasa lokal
menumbuhkan kearifan
Sumber:
http://www.phototempo.com
Bab 4 – Etnografi Indonesia
129
2. Dialek Sosial Bahasa Lokal
Dialek adalah perbedaan bentuk-bentuk dari satu bahasa yang menjadi
ciri dari daerah-daerah atau kelas-kelas sosial tertentu dan yang masih
cukup besar persamaan-persamaannya, sehingga orang masih dapat saling
memahami. Studi mengenai dialek disebut sebagai sosiolingustik. Secara
teknis, semua dialek adalah bahasa, tidak ada sesuatu yang bersifat parsial
atau sublinguistis pada dialek dan batas dimana dua dialek yang berbeda
itu menjadi dua bahasa yang terpisah, pada garis besarnya adalah batas
dimana orang-orang yang berbicara dalam dialek yang satu hampir sama
sekali tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang berdialek lain.
Konsep dialek sosial ini dipakai dalam menganalisis penyebaran bahasa
lokal di Indonesia. Menyebarnya bahasa lokal ke daerah lain di Indonesia
menyebabkan bertemunya dua dialek yang berbeda dari masyarakat.
Perpaduan dialek dalam penyebaran bahasa lokal akan membawa
perubahan kebudayaan dalam aktivitas sehari-harinya. Kharekteristik
pembawaan dari kelompok pendatang akan benar-benar terlihat dalam
melakukan komunikasi dengan penduduk aslinya. Dengan demikian
penyebaran bahasa lokal ini mungkin dapat dipelajari dari kultur dialek
sosial yang terjadi di masyarakat. Penyamaan presepsi makna bahasa dan
juga penentuan batas-batas dialek dalam komunikasi menjadi kunci dalam
menyelesaikan perbedaan dilek.
Disamping masalah besar untuk menentukan batas-batas dialek dan
usaha untuk memastikan apakah perbedaan linguistik dalam penyebaran
bahasa lokal juga mencerminkan kebudayaan. Dalam penyebaran bahasa
lokal juga ada masalah mengapa orang yang komunitas yang sama juga
terpengaruh dengan dialek pendatang dan mereka menggunakan dialek
yang berbeda. Sebaliknya ada pula yang berbeda dialeknya menggunakan
bahasa yang sama dalam berkomunikasi. Y
ang paling terpenting adalah
ketika melakukan dialek dengan bahasa yang berbeda harus mampu
mengikuti makna yang akan di bicarakan. Kata-kata yang dipakai sangat
tidak mengandung unsur tabu. Jadi Penyebaran bahasa lokal juga akan
mempengaruhi dialek dari suatu daerah.
Bila dilihat dari persebaran bahasa tersebut di atas, maka terdapat
kesamaan tentang asal usul bahasa Indonesia. Untuk menganalisis
permasalahan mengenai bahasa ini, para ahli antropologi harus
mengumpulkan data tentang:
1) Ciri-ciri yang menonjol dari bahasa suku bangsa dapat dikaji dengan
jalan mengklasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun,
keluarga, dan subkeluarga bahasa yang ada, dengan beberapa contoh
yang diambil dari bahan ucapan bahasa sehari-hari. Akan lebih baik
bila peneliti dapat melengkapi daftar kata-kata dasar (basic vocabu-
lary) suatu bahasa mengenai anggota badan (kepala, mata, hidung,
tangan, kaki, dan sebagainya), fenomena-fenomena alam (angin, hujan,
panas, dingin, matahari, bulan, awan, langit, dan sebagainya), warna,
bilangan, kata kerja pokok (makan, tidur, jalan, berdiri, dan sebagainya).
Antropologi SMA Kelas XII
130
2) Menentukan luas batas penyebaran suatu bahasa memang tidak
mudah, hal ini disebabkan karena di daerah perbatasan terjadi proses
saling mempengaruhi antara unsur-unsur bahasa dari kedua belah
pihak. Contoh: Penentuan daerah batas antara bahasa Sunda dan
bahasa Jawa. Bahasa di daerah perbatasan terjadi bahasa yang
merupakan bahasa campuran. Batas antara kedua bahasa akan lebih
jelas bila kedua suku bangsa terpisah oleh lautan, gunung, sungai, atau
batas-batas alam lainnya.
3) Variasi yang ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografis
terdapat pada suatu suku bangsa yang besar jumlahnya. Contoh:
Bahasa Jawa yang diucapkan oleh orang Jawa di Purwokerto, di
Tegal, di Yogyakarta, dan di Surabaya terdapat perbedaan logat (dialek)
bahasa.
4) Variasi menurut lapisan sosial dalam masyarakat Jawa yang sangat
menonjol adalah terjadinya perbedaan bahasa menurut tingkatan sosial
bahasa atau
Social Levels of speech
.
Contoh:
a) Bahasa Jawa yang dipakai oleh orang di desa.
b) Bahasa Jawa yang dipakai oleh para pegawai (priyayi)
c) Bahasa Jawa yang dipakai Kerabat Keraton (istana)
d) Bahasa Jawa yang dipakai Kepala Swapraja di Jawa Tengah
Kita mengetahui bahwa Negara Indonesia terdiri dari bermacam-
macam suku bangsa dan bermacam-macam pula bahasa daerah yang
digunakan, namun bangsa kita mempunyai bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia yang secara
genealogis,
artinya menurut asal-usul dan sejarah
penurunannya. Bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia.
Diskusi
Kecakapan Vokasional
Diskusikan dengan kelompok belajarmu tentang sejarah perkembangan bahasa lokal,
nasional, dan bahasa asing!
Bab 4 – Etnografi Indonesia
131
NUANSA ANTROPOLOGI
Perlu Upaya Bersama Lestarikan Cerita Rakyat
Cerita rakyat sebagai kekayaan budaya bangsa mengandung
nilai-nilai luhur yang dapat diangkat dan ditransformasikan kepada anak-
anak. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat itu dinilai sangat
bermanfaat untuk pembentukan budi pekerti anak. Sayangnya, cerita
rakyat itu kini semakin ditinggalkan masyarakat.
Untuk itu perlu ada upaya-upaya melestarikan cerita rakyat
sekaligus menggali dan menyebarluaskan cerita rakyat sebagai acuan
bagi pembentukan budi pekerti anak. “Cerita rakyat yang belakangan
ini mulai kurang popular dan jarang hadir di keluarga dan masyarakat
sudah sepantasnya perlu dihadirkan kembali,” ujar Dra. S. Muntarsih
M.Hum, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Yogyakarta, Rabu (26/4), di Yogyakarta.
Ia mengemukakan, Indonesia sebagai negara kesatuan yang
terdiri dari berbagai suku memiliki pluralitas hasil budaya, termasuk di
dalamnya cerita rakyat yang sangat beraneka ragam. Sumber-sumber
cerita rakyat dapat berasal dari sejarah, karya sastra, kesenian, tradisi,
kepercayaan, biografi, dan peristiwa lain. Cerita tersebut selama ini
disebarkan secara turun-temurun dan disuguhkan melalui bahasa lisan,
dari mulut ke mulut.
Suguhan cerita rakyat pada akhirnya akan bermuara pada
satu misi, contoh-contoh atau peringatan baik dan buruk. Sasaran akhir
cerita rakyat adalah terjadinya proses internalisasi nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita yang akan membentuk perilaku, kepribadian,
watak, dan budi pekerti bagi pendengarnya. Ini karena pada umumnya
cerita rakyat mengandung nilai-nilai seperti ketekunan, kesabaran,
kejujuran, keikhlasan, kesetiaan, kepahlawanan, dan rasa hormat kepada
orang tua dan sesama manusia.
Sumber: Kompas, Kamis 27 April 2006
Pertanyaan:
1.
Topik apa yang dikemukakan dalam bacaan tersebut di atas?
2.
Nilai-nilai apa yang terkandung dalam topik tersebut?
3.
Lembaga mana yang bertanggung jawab dalam menanamkan budi pekerti?
4.
Cerita Rakyat tersebut berasal dari mana?
5.
Cerita Rakyat dapat tersebar melalui apa?
Antropologi SMA Kelas XII
132
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, coba deskripsikan kembali secara singkat
tentang kebudayaan Batak dan Bali di kertas folio dan serahkan kepada
guru Anda!
1.
Pengertian etnografi
2.
Kebudayaan Batak
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
c.
Sistem Kesenian
d.
Sistem Politik
3.
Kebudayaan Minangkabau
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
c.
Sistem Kesenian
d.
Sistem Politik
4.
Kebudayaan Jawa
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
c.
Sistem Kesenian
d.
Sistem Kemasyarakatan dan Politik
5.
Kebudayaan Sunda
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
c.
Sistem Politik
d.
Sistem Kesenian
6.
Kebudayaan Suku Dayak
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
c.
Sistem Politik
d.
Sistem Ekonomi
8.
Kebudayaan Bugis-Makassar
a.
Sistem Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
c.
Sistem Politik
9.
Kebudayaan Asmat
a.
Sistem Religi dan Kepercayaan
b.
Sistem Kekerabatan
RANGKUMAN
Bab 4 – Etnografi Indonesia
133
I.
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban
yang paling tepat! Kerjakan di buku latihan Anda!
1.
Suku bangsa Pakpak sebagian besar mendiami daerah ....
a
.
dataran tinggi Karo
b.
Langkat Hulu
c.
Serdang Hulu
d.
Simalungun
e. Dairi
2.
Sahulu adalah kekuatan jiwa/roh yang dimiliki oleh ....
a.
seseorang yang meninggal
b.
datu/raja yang meninggal
c.
kepala keluarga yang meninggal
d.
ibu yang meninggal
e.
bayi yang meninggal
3.
Nungkuni, bagi orang Batak Karo adalah ....
a.
perkenalan antara pemuda dan pemudi
b.
kunjungan lamaran dari pihak pria kepada pihak wanita
c.
pernikahan yang diselenggarakan di rumah pihak wanita
d.
menyerahkan mas kawin pihak pria kepada pihak wanita
e.
harta yang diterima saudara-saudara laki-laki si gadis
4.
Upacara “turun mandi” bagi orang Minangkabau adalah ....
a.
memandikan bayi pertama kali dengan air dingin
b.
mensyukuri kelahiran bayi
c.
syukuran atas kelahiran seorang bayi
d.
syukuran atas pernikahan anak perempuan
e.
menurunkan kaki bayi menyentuh tanah
5.
Orang Minangkabau menarik garis keturunan secara ....
a .
matrilineal
d.
unilateral
b.
patrilineal
e .
uxorilokal
c .
bilateral
6.
Grebeg maulud pada prinsipnya merupakan upacara tradisional di
Yogyakarta dan Surakarta dengan maksud untuk memperingati ....
a.
hari kelahiran Nabi Muhammad saw
b.
turunnya wahyu Alquran yang pertama kali
c.
masuknya agama Islam ke Pulau Jawa
d.
berdirinya kerajaan Mataram
e.
EVALUASI
Antropologi SMA Kelas XII
134
7.
Paningsetan adalah...
a.
upacara untuk meminang seorang gadis
b.
pemberian harta kepada calon istri
c.
pemberian harta benda kepada calon mertua
d.
penyerahan kain dan kebaya kepada calon mertua
e.
upacara pernikahan
8.
Sistem keturunan dalam masyarakat Sunda bersifat...
a .
matrilineal
b.
patrilineal
c .
bilateral
d.
unilateral
e .
uxorilokal
9.
Upacara tiwah (di Kalimantan) adalah...
a.
upacara memandikan jenazah
b.
upacara mengkafani jenazah
c.
upacara mengubur jenazah
d.
upacara membakar jenazah
e.
upacara memperingati hari kematian
10. Kunjungan dari keluarga laki-laki kepada si gadis, untuk mengetahui
kemungkinan apakah peminangan dapat dilakukan, dalam tata cara adat
Bugis disebut...
a.
massuro
b.
sunreng
c.
mappuce-puce
d.
maddupo
e .
silariang
II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.
Bandingkan antara kebudayaan Batak dengan kebudayaan Minangkabau
khususnya dalam bidang kekerabatan dan religi!
2
.
Bandingkan sistem kekerabatan Dayak dengan Bugis!
3.
Deskripsikan sistem Subak di Bali!
4.
Bagaimana urutan keturunan masyarakat Sunda bila dilihat dari sudut
ego untuk tujuh generasi ke atas dan tujuh generasi ke bawah?
5.
Dalam sistem perkawinan dikenal istilah exogami, endogami, poliandri,
dan poligami. Jelaskan dan sertai dengan contoh!